Para pekerja kesehatan mulai merasa putus asa menghadapi berbagai macam kendala dalam menangani penyebaran virus Ebola yang mematika.
"Keputusasaan terasa di mana-mana," kata Lance Plyler, dokter Amerika yang memimpin tim penanggulangan wabah Liberia, Samaritan Purse, sebagaimana dikutip The Washington Post, Senin (15/9).
Salah satu tugas yang paling melelahkan adalah saat berada di garis depan fasilitas kesehatan di Monrovia, Liberia, di mana pekerja sering kali terpaksa menolak pasien karena kehabisan ruangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok bantuan internasional yang sudah memikul beban selama beberapa bulan ini menyatakan pekerjanya mulai kelelahan dan rapuh.
"Kami ada di titik perpecahan," kata Joanne Liu, direktur kelompok kemanusiaan Dokter Tanpa Batasan. "Pekerja kami mengeluh, 'entah sampai kapan kita bisa bertahan."
Para pekerja kesehatan mulai mengeluhkan kesulitan dalam bekerja saat memakai pakaian pelindung. Suhu Afrika yang panas membuat tuntutan fisik yang mereka alami menjadi lebih berat.
Selain itu mereka juga mengeluhkan tekanan mental karena risiko tertular saat merawat pasien yang terserang Ebola sangat besar.
"Melelahkan sekali setelah sekian lama menjalani tugas ini. Beberapa pekerja kesehatan bahkan tidak dapat bertahan," kata Plyler.
Selain merawat pasien yang jumlahnya semakin meningkat, para pekerja memang rentan terjangkit Ebola karena mereka harus membersihkan ruangan isolasi dari lumuran darah, muntahan dan kotoran yang terinfeksi.
Mereka juga menguburkan jenazah pasien yang sudah meninggal.
Sudah lebih dari 240 pekerja kesehatan jatuh sakit selagi memerangi wabah ini dan separuh di antara mereka meninggal dunia karena tertular oleh virus Ebola.
Saat ini virus sudah menyebar dengan sangat cepat dan sudah menewaskan sebanyak 2.400 orang. Sejak menyebar pada Desember 2013 di Afrika Barat, virus Ebola telah sampai di Liberia, Guinea, Sierra Leone dan Nigeria.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berencana untuk menambah jumlah bantuan untuk negara-negara yang terjangkit di Afrika Selatan.
Bantuan yang akan diberikan mulai dari obat-obatan sampai pembangunan rumah sakit sementara.
Hingga kini belum jelas seberapa efektif bantuan tambahan ini di lapangan.