POLEMIK DEMOKRASI

Krisis Pemilu di Afghanistan

CNN Indonesia
Kamis, 18 Sep 2014 09:27 WIB
Para calon presiden Afghanistan saling tuduh kecurangan, sehingga pemerintah Afghanistan belum dapat menentukan waktu untuk menentukan hasil pemilu.
Kedua capres Afghanistan saling menuduh pesaingnya melakukan kecurangan dalam pemilu.
CNN Indonesia -- Perundingan antara calon presiden yang akan bersaing dalam pemilu di Afghanistan kembali terhenti karena masalah kapan dan bagaiman hasil akhir penghitungan suara pemilu diumumkan.

Kedua capres ini saling menuduh pesaingnya melakukan kecurangan dalam pemilu tersebut.

Mantan Menteri Luar Negeri Abdullah Abdullah dan mantan Menteri Keuangan Ashraf Ghani hampir mencapai kesepakatan dalam perundingan Selasa (16/9) yang menggarisbawahi pembagian kekuasaan namun gagal membukukan satu kesepakatan pasti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu masalah yang mengganjal adalah Abdullah tidak mau menerima hasil penghitungan suara yang telah selesai dilakukan -dia diyakini kalah- itu diumumkan.

Para pejabat berwenang juga mengatakan Abdullah ingin agar lebih banyak kertas suara dinyatakan tidak sah untuk memperkecil jumlah suara kemenangan yang diperkirakan diperoleh Ghani.

Sebelumnya kedua kubu menyatakan akan menerima hasil penyelidikan kecurangan pemilu yang diawasi oleh PBB.

Perselisihan mengenai pemilu yang bertujuan mengganti Presiden Hamid Karzai, satu-satunya pemimpin Afghanistan sejak intervensi pimpinan Amerika Serikat untuk menyingkirkan rejim Taliban pada 2001, telah membuat Afghanistan tidak stabil sebelum penarikan mundur tentara asing.

Kesepakatan pembagian kekuasaan dipandang sebagai jalan terbaik bagi perdamaian setelah masing-masing capres mengklaim telah memenangkan pemilu dan menuduh terjadi kecurangan yang menambah kebencian antar suku. Satu masalah yang dikhawatirkan pecah menjadi aksi kekerasan.

Pemerintah bersatu yang diusulkan ini akan menempatkan pemenang putaran kedua pemilu pada Juni lalu sebagai presiden.

Sementara pesaingnya akan menempati posisi pelaksana pemerintah yang kekuasaanya diperluas.

Usul ini diajukan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Juli setelah hasil awal penghitungan suara, dimana Ghani unggul dengan perbedaan 1,2 juta suara, diprotes oleh pendukung Abdullah.

Rincian mengenai kekuasaan pelaksana pemerintah masih menjadi hambatan utama dalam mencapai kesepakatan akhir.

Juru bicara Abdullah, Mujib Rahimi, mengatakan capres ini menuntut agar hasil akhir penghitungan suara, yang akan diumumkan dalam beberapa hari, ditunda hingga kesepakatan berhasil dicapai.

Kubu Abdullah mengancam akan mundur dari perundingan jika hasil penghitungan diumumkan sebelum kesepakatan tersebut dicapai.

Presiden Hamid Karzai mengatakan pada Rabu (17/9) bahwa Aemrika Serikat harus bekerja sama dengan negara lain yang memiliki kepentingan atas hasil pemilu dalam upaya membukukan kesepakatan itu.

"Afghanistan tidak boleh menjadi ajang kompetisi antara negara-negara lain…Oleh karena itu penting bagi Amerika Serikat untuk mencari kesepakatan bersama dengan negara lain," ujarnya dalam pernyataan tertulis.

Terpolarisasi

Salah satu usul yang diajukan oleh Abdullah ketika bertemu dengan Ghani adalah agar Komisi Pengaduan Pemilu menganulir lebih banyak kertas suara agar perbedaan suara yang dimenangkan kedua capres ini mengecil meski Ghani tetap dinyatakan sebagai pemenang.

"Kami diminta menyetujui hasil penghitungan dengan perbedaan suara yang kecil," ujar Thair Zahir, juru bicara Zahir, pada Rabu. "Kami tidak mau menerimnya. Kami ingin badan pemilul mengumumkan hasil penghitungan suara apa adanya."

Seorang pejabat pemerintah membenarkan bahwa Abdullah meminta perubahan dalam penghitungan suara yang memperlihatkan dia kalah tipis, agar kesepakatan pembagian kekuasaan bisa diterima oleh para pendukungnya.

Seorang penasehat Abdullah, yang menolak disebutkan namanya, juga membenarkan hal ini.

Juru bicara Abdullah, Rahimi, menolak membicarakan usul tertentu yang dibicarakan dalam perundingan tersebut, namun dia mengatakan hasil penghitungan suara yang memperlihatkan perbedaan besar bisa membuat marah pendukung capres yang kalah dan menimbulkan ketidakstabilan.

"Masyarakat terpolarisasi dan indikasi yang menegaskan 'oh, partai ini kalah' bisa menyebabkan ketegangan lebih jauh," kata Rahimi. "Oleh sebab itu ada perundingan dan ide-ide baru mengenai cara mengendalikannya agar tidak terjadi krisis."

Masalah-masalah yang masih mengganjal termasuk juga penunjukan anggota kabinet dari masing-masing kubu dan apakah pelaksana pemerintah yang baru ini bisa mengadakan dan memimpin pertemuan kabinet.

Tim Ghani meminta agar hasil penghitungan suara ini segera diumumkan, dan pejabat KPU Afghanistan telah menyatakan akan melakukannya meski tidak ada kesepakatan politik antara kedua capres.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER