CNN Indonesia -- Istri Alan Henning, warga negara Inggris yang disandera kelompok militan ISIS, memohon agar suaminya dibebaskan.
"Saya tidak mengerti mengapa mereka harus membunuh Alan," kata Barbara Henning dalam pesan yang disiarkan oleh Kementrian Luar Negeri Inggris, Minggu (21/9).
Barbara menjelaskan suaminya adalah pencinta perdamaian, tidak egois, dan berada di Suriah hanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barbara menyesalkan bahwa hingga saat ini permohonan pembebasan suaminya tidak ditanggapi oleh kelompok militan yang mendeklarasikan diri sebagai Negara Islam Irak dan Suriah tersebut.
"Saya telah mengajukan permohonan dan mengirimkan beberapa pesan penting kepada mereka, namun tak ada tanggapan," ujar Barbara.
Alan muncul dalam video berjudul Pesan untuk Sekutu Amerika yang memperlihatkan eksekusi pemenggalan kepala relawan asal Inggris, David Haines pekan lalu.
Dalam video itu, ISIS mengancam akan membunuh Alan jika pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan negara Barat lain tetap berkoalisi untuk melakukan serangan udara ke markas ISIS dan tidak mau bernegosiasi dengan kelompok militan itu.
Alan Henning adalah seorang pengemudi taksi dari Manchester, Inggris, yang memutuskan bergabung dengan kelompok relawan pada Desember lalu untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Suriah.
Menurut beberapa rekan Allan, ayah dua anak ini diculik sehari setelah Natal 2013 oleh orang-orang bersenjata yang mengenakan topeng.
Hingga saat ini kelompok militan ISIS, yang menguasai sebagian besar Irak dan Suriah, telah mengeksekusi tiga sandera dari negara Barat beberapa minggu ini, yaitu David Haines, dan dua wartawan Amerika, James Foley serta Steven Sotloff.
Pada Kamis pekan lalu, ISIS menggunggah video berjudul 'Lend Me Your Ears', atau Dengarkan Aku, yang memperlihatkan John Cantlie, wartawan foto asal Inggris yang diculik ISIS dua tahun lalu menjelaskan fakta tentang ISIS karena menilai pemberitaan media Barat terhadap ISIS tidak benar dan menyesatkan.
Awal pekan lalu, tentara militer AS telah melakukan sejumlah serangan udara ke markas ISIS di Irak.
Pemerintah AS kini tengah merangkul berbagai negara untuk berkoalisi untuk melakukan serangan ke Irak dan Suriah. Beberapa negara Timur Tengah yang bergabung antara lain Bahrain, Mesir, Irak, Jordan, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.