ISLAMOFOBIA

Langkah Anti Teror Ancam Muslim Australia

CNN Indonesia
Jumat, 26 Sep 2014 07:08 WIB
Kehidupan Muslim Australia kini tertekan dan terganggu akibat langkah anti-teror pemerintah yang semakin menambah subur sentimen anti-Islam.
Islamofobia di Australia meningkat setelah pemerintah memperketat langkah anti-teror. (REUTERS/Adrees Latif)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kehidupan umat Muslim di Australia kini dipenuhi tekanan dan gangguan dari aparat dan kelompok sayap kanan, menyusul kebijakan Perdana Menteri Tony Abbott dalam mencegah radikalisme dan rekruitmen Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS, di dalam negerinya.

Sejak terbongkarnya rencana anggota ISIS di Australia untuk melakukan pembunuhan di depan publik, pemerintah Australia memperketat keamanan, terutama di tempat-tempat publik, seperti Gedung Parlemen, bandara dan pagelaran olahraga.

Abbott bersikeras bahwa langkah pengamanan itu tidak mengincar umat Muslim saja, namun pengacara Adam Houda mementahkan pernyataan Abbott dengan mengatakan pemerintah telah mendiskreditkan umat Islam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu contohnya, kata Houda, adalah ditangkapnya tiga pria Muslim berjanggut di Sydney pada pertandingan Rugby setelah seorang penonton melapor polisi bahwa mereka melakukan "tindakan mencurigakan" dengan telepon seluler.

"Alasan yang objektif mengapa mereka ditangkap adalah karena penampilan. Jika mereka ditangkap hanya karena memainkan ponsel, maka ini konyol," kata Houda, dikutip dari Reuters (24/9).

Diperkirakan ada sedikitnya 60 warga Australia yang tengah berada di Timur Tengah berperang bersama ISIS atau kelompok militan lainnya, dan ada sekitar 100 warga di Australia yang mendukung kelompok ini.

Setidaknya ada 20 orang yang diyakini telah kembali ke tanah air dan berpotensi menganggu keamanan, memaksa badan keamanan nasional Australia untuk pertama kalinya meningkatkan level ancaman ke tingkat "tinggi."

Menurut Imam Besar Australia, Ibrahim Abu Mohammad, langkah Australia dalam mencegah terorisme terlalu berlebihan dan yang menjadi korbannya adalah umat Muslim.

Jumat lalu, Mohammad mengaku akan mengajukan gugatan terhadap pemerintah menyusul ditahannya seorang imam senior di bandara selama lebih dari dua jam. Akibatnya, imam tersebut tertinggal pesawat menuju Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji.

"Perdana menteri mengingatkan kita soal peraturan yang tidak mengincar umat muslim, tapi bagaimana dengan praktiknya? 100 persen mengincar Muslim," kata Mohammad.

"Langkah ini tidak memberikan pesan baik bagi komunitas Muslim. Malah, ini akan mengucilkan mereka, menciptakan perpecahan dan masalah," lanjut dia lagi.

Mariam Veiszadeh, pendiri lembaga Islamophobia Register mengatakan bahwa beberapa pekan belakangan insiden anti-Islam meningkat.

Di Sydney, kata dia, seorang ibu Muslim diludahi dan kereta bayinya ditendang, di pesisir barat Perth seorang pria ingin menarik jilbab seorang wanita dan kepala babi dilemparkan ke sebuah masjid.

Reuters tidak bisa memverifikasi peristiwa tersebut dan Veiszadeh tidak mengatakan kapan insiden itu terjadi.

Samier Dandan, presiden Asosiasi Muslim Libanon mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir empat masjid telah menerima ancaman bom.

"Politik ketakutan semacam ini, jika bicara soal kebencian dan rasis, maka para ekstremis sayap kanan akan ambil keuntungan di dalamnya," kata Dandan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER