AKSI PROTES TIONGKOK

Mahasiswa Kepung Rumah Pemimpin Hong Kong

CNN Indonesia
Jumat, 26 Sep 2014 16:37 WIB
Demonstrasi di Tiongkok meningkat intensitasnya akibat penolakan Beijing memberikan demokrasi penuh kepada wilayah otonomi Tiongkok.
Aksi unjuk rasa di Hong Kong meningkat. (Reuters/Bobby Yip)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 1.000 mahasiswa melakukan aksi di depan rumah pemimpin Hong Kong pada Kamis malam (25/9) seiring demonstrasi yang meningkat intensitasnya terhadap penolakan Beijing memberikan demokrasi penuh kepada wilayah otonomi Tiongkok tersebut.

Aksi mahasiswa ini telah menjadi ujung tombak atas protes keputusan Tiongkok yang memberikan kebebasan menggelar pemilu pada 2017 namun tidak mengizinkan sembarang orang ikut dalam bursa kepala daerah Hong Kong.

Aksi mahasiswa ini ditandai dengan mogok belajar selama seminggu sejak Senin (22/9) kemarin dan mengerahkan massa yang diperkirakan mencapai 13 ribu orang di utara kota.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Selasa (23/9), mahasiswa melakukan aksi demo di taman umum di luar komplek utama legislatif Hong Kong dan dalam waktu singkat berhasil mengepung pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying yang ingin keluar dari gedung.

Pendemo berangkat dari taman Tamar pada Kamis malam menuju tempat tinggal Leung di pusat Hong Kong, meskipun awalnya polisi telah mengepung dan mengancam akan menghentikan laju demonstran.

Para demonstran yang tertangkap marah dan berteriak "biarkan kami pergi" di kantor polisi.

Menurut polisi, penangkapan dilakukan karena para demonstran tidak punya izin atas aksi tersebut.

Para mahasiswa yang membawa gambar besar Leung dengan taring vampir menyerukan pemimpin Hong Kong itu untuk turun.

Penyelenggara mengklaim sekitar empat ribu orang ambil bagian dalam aksi ini, namun menurut pantauan AFP, hanya sekitar seribu orang yang turut melakukan aksi.

Mayoritas para pendemo beralasan aksi mereka ini hanya agar Leung mau menjawab keprihatinan mereka.

"Tidak berlebihan untuk meminta pemimpin mendengar keluhan kami, untuk mengakui bahwa kami memiliki keprihatinan yang sah," ujar mahasiswa sosiologi Universitas Shue Yan, Bethany Yiu.

"Saya perlu melawan demokrasi sekarang supaya generasi ke depan memiliki kehidupan yang lebih baik," ujar mahasiswa lainnya, Saxon Lam.

Kedua mahasiswa ini ditangkap bersama dengan lebih dari 500 mahasiswa lainnya saat aksi mogok belajar pada Juli lalu.

Pada Selasa (23/9) kemarin, para mahasiswa ini mengatakan bahwa aksi protes akan terus meningkat jika Leung menolak berdiskusi dengan mereka pada kurun waktu 48 jam.

Pemerintah hanya menanggapi melalui surat pernyataan bahwa mereka mengerti dan menghormati keprihatinan mahasiswa serta permintaan mereka terkait demokrasi.

Jika keinginan mereka tidak dituruti, maka aksi akan melebar menjadi Gerakan Ocuppy Center, sebuah aksi demonstrasi besar-besaran untuk melumpuhkan pusat bisnis di Hong Kong.

Bulan lalu, Tiongkok menyatakan warga Hong Kong akan diperbolehkan untuk memilih pemimpin baru mereka untuk pertama kali pada pemilihan umum 2017, namun hanya ada dua atau tiga kandidat yang diterima oleh komite pro-Tiongkok yang bisa lolos sebagai calon kandidat.

Inggris setuju mengembalikan Hong Kong ke Tiongkok pada tahun 1997 di bawah kebijakan "satu negara, dua sistem", yang memungkinkan Hong Kong memiliki kebebasan sipil yang berbeda dibanding dengan yang diterapkan Partai Komunis di Tiongkok daratan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER