DUBES RI WAJID FAUZI

KBRI Jaga WNI Tetap Cinta Tanah Air

CNN Indonesia
Rabu, 01 Okt 2014 16:34 WIB
Situasi politik dan keamanan yang kian memanas di Yaman menyebabkan beberapa santri asal Indonesia harus mengungsi ke kantor Kedutaan Besar Indonesia di sana.
Duta Besar RI untuk Yaman Wajid Fauzi. (Dok. KBRI Sanaa)
Sana'a, CNN Indonesia -- Pertikaian politik yang berujung kekerasan membuat situasi di Yaman mencekam. Keselamatan ribuan mahasiswa dan pekerja asal Indonesia terancam. Pihak Kedutaan Besar Indonesia di Sana'a bekerja keras untuk memastikan WNI dalam keadaan aman, sembari terus mengeluarkan peringatan untuk waspada.

Berikut petikan wawancara khusus CNN Indonesia dengan Duta Besar RI untuk Yaman Wajid Fauzi (1/10) terkait kondisi terakhir di negara tersebut:

Bisa diceritakan situasi yang terjadi di Yaman?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terjadi pertikaian antara kelompok yang ada di Yaman, dipicu oleh kerusuhan di beberapa wilayah dengan kelompok Houthi yang mendesak dan mengajukan keinginannya melalui tuntutan yang populis, yaitu menurunkan harga BBM dan membubarkan pemerintah. Sebuah tuntutan yang mendapatkan sambutan dari masyarakat.

Demonstrasi yang dipimpin Houthi kemudian meluas di Sanaa.

Sebenarnya kerusuhan oleh Houthi datang dari wilayah utara di Provinsi Saada, kemudian merembet ke Amran, wilayah yang berbatasan dengan Sanaa.

Lalu tercapailah perjanjian damai pada 21 September lalu yang disepakati oleh seluruh kelompok yang ada. Salah satu kesepakatan dalam perjanjian dalam itu adalah mengganti pemerintahan.

Sehari sebelum perjanjian damai diteken, perdana menteri mengundurkan diri. Sehingga saat ini kekuasaan ada di tangan presiden yang bekerja sama dengan kelompok di Yaman merumuskan soal bentuk pemerintahan selanjutnya.

Tiga hari setelah tanggal 21, ditunjuk penasihat politik bagi presiden yang terdiri dari Houthi dan al-Hirak. Houthi membawa bendera Syiah, sementara al-Hirak yang berasal dari selatan menuntut kemerdekaan.

Hingga sekarang (hingga tulisan ini diturunkan), mereka masih menunggu perdana menteri baru.

Kita harus mengapresiasi penyelesaian yang dilakukan melalui perjanjian ini. Solusi ini selaras dengan posisi pemerintah Indonesia, yaitu menyelesaikan masalah secara damai dan dialog.

Namun tentu saja, perjanjian adalah perjanjian, yang terpenting dari itu adalah pelaksanaannya.

Atmosfernya saat ini, ada semacam optimisme di kalangan masyarakat Yaman.

(REUTERS/Khaled Abdullah)


Bagaimana kondisi WNI di Yaman?

Melihat konstelasi yang ada saat ini, saya selaku kepala perwakilan Indonesia di Yaman mengambil sikap bahwa kita perlu tetap waspada. Jangan lengah, menganggap bahwa setelah perjanjian damai ditandatangani semua akan akan berjalan aman.

Bentuk tingkat kewaspadaan kami adalah merelokasi warga negara Indonesia, yang kebanyakan mahasiswa dan pelajar, untuk berkumpul di KBRI.

Jumlah mereka KBRI dinamis, karena ada yang datang dan ada beberapa yang pulang setelah merasa lokasi mereka aman.

Saat ini tercatat ada 76 orang ditampung di KBRI. Kami juga membuka layanan informasi emergency call melalui provider tertentu secara gratis, yaitu di nomor 738-115555

Total jumlah WNI di seluruh Yaman yang tercatat pada akhir Agustus lalu mencapai 4.169 orang. Kebanyakan mahasiswa yang belajar agama Islam, bahasa Arab atau ulumul Qur'an di berbagai kota, seperti Sanaa, Mukalla, Hudaidah atau Aden.

Kerusuhan yang paling mencekam minggu lalu hanya di kota Sanaa, bukan di kota-kota lainnya. Menurut laporan mahasiswa, kota lain relatif aman.

Bagaimana kondisi pesantren Darrul Hadits yang tahun lalu diserang Houthi?

Januari lalu, pesantren dipindahkan ke Sana'a ke tiga masjid. Alhamdulillah posisi mereka hari ini dalam keadaan selamat.

Himbauan untuk waspada kami keluarkan sejak bulan Mei. Peringatan pada tahun 2009 masih berlaku dan diperbarui tiap bulannya.

Kami tidak serta merta memerintahkan evakuasi. Evakuasi dilakukan secara sukarela. Pemerintah Indonesia memberikan layanan terbaik, termasuk merelokasi mereka ke KBRI saat keadaan darurat.

Para santri yang saat ini ada di KBRI terpaksa evakuasi karena kampus mereka dirusak dan barang-barang mereka dijarah. Saya sendiri terus berkoordinasi secara intens dengan Kementerian Luar Negeri.

Apakah kekerasan di Yaman oleh Houthi terkait dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah akibat ISIS?

Sebuah permasalahan kiranya tidak bisa dipandang secara lokal saja, tapi tidak tertutup kemungkinan memiliki konteks secara regional atau bahkan internasional.

Namun yang menjadi fokus kita saat ini adalah menjaga agar konflik internal ini terjadi di dalam negeri saja. Kami juga menghimbau warga negara untuk tidak berpihak pada konflik di negara ini. Jangan sampai WNI menjadi pihak tertentu di Yaman.

Ada analisa bahwa kelompok ini dibantu oleh negara tertentu. Dalam konteks politik internasional itu sering terjadi. Namun sejauh ini tampaknya, negara yang bersangkutan tidak mengakuinya.

Ada semacam opini, yang sempat ditulis di New York Times, solusi melalui dialog ini adalah Yemeni Ways.

Cara seperti ini sebenarnya sempat ditawarkan untuk diadopsi oleh Suriah, namun mereka menolak karena jalan solusinya juga berbeda. Yaman sangat bangga dengan cara ini.

Selain itu, persahabatan Indonesia dan Yaman telah berlangsung lama. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah membantu dengan tanpa mencampuri urusan dalam negeri.

Menurut anda, apakah kondisi keamanan yang rawan di Yaman akan menciptakan sifat radikal di antara pelajar Indonesia?

Radikalisme lahir tidak hanya melalui pendidikan. Meski tidak dipungkiri bahwa pendidikan akan mempengaruhi pola pikir seseorang.

Oleh karena itu, ini semacam tugas seumur hidup selama penugasan atau berdirinya perwakilan Indonesia, yaitu selalu memastikan WNI tetap cinta tanah air, memajukan kepentingan Indonesia, bukan sebaliknya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER