Jakarta, CNN Indonesia -- Suhu bumi yang semakin panas akibat perubahan iklim membuat es di kutub utara mencair, berdampak pada puluhan ribu anjing laut yang terpaksa mengungsi ke daratan terdekat.
Dalam foto udara yang dirilis National Oceanic and Atmospheric Administration, NOAA, Sabtu lalu, terlihat lebih dari 35 ribu anjing laut berkerumun, terdampar, di pantai dekat kota Point Lay, Laut Chukchi, wilayah baratlaut Alaska, Amerika Serikat.
Menurut NOAA, anjing laut ini terpaksa mencari pantai terdekat saat daratan es yang menjadi habitat mereka dalam mencari makan mencair dan hilang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto udara yang diambil pada Penerbangan 240 Survei Udara Mamalia Air Arktik oleh Laboratorium Mamalia Air Nasional, menunjukkan sama sekali tidak ada es yang terlihat di lautan akhir pekan lalu.
Padahal pada pemotretan udara empat hari sebelumnya, hanya ada 1.500 anjing laut yang terlihat di Point Lay, sekitar 50 anjing laut terlihat sudah mati.
Tahun lalu, NOAA telah memperingatkan bahwa berkumpulnya anjing laut di dalam satu pantai kering adalah fenomena yang tidak biasa.
Survei NOAA menunjukkan sekitar 10 ribu anjing laut terdampar di Point Lay tahun lalu. Pada 2011, berjumlah 30 ribu anjing laut. Perkumpulan besar anjing laut ini pertama kali terdeteksi tahun 2007.
"Konsentrasi besar anjing laut di pantai --saat seharusnya tersebar pada es di lautan-- adalah salah satu contoh dampak perubahan iklim terhadap persebaran spesies laut di Arktik," kata Margaret Williams, direktur pelaksana program Arktik di lembaga World Wildlife Fund, WWF.
WWF mencatat kerumunan besar anjing laut juga terjadi di bagian barat Alaska, tepatnya di pantai Rusia.
Mencairnya es disebabkan oleh suhu udara di Pasifik Utara yang menurut laporan NOAA 3 derajat celcius lebih tinggi dibanding suhu biasanya. Peta panas bumi NOAA menunjukkan perbedaan suhu mencolok terlihat di Laut Bering.
Menurut data Pusat Data Es dan Salju Nasional pada 22 September lalu, es laut Arktik mencapai jumlah terendahnya sepanjang tahun pada 17 September, terendah keenam dalam catatan selama ini.
"Kita menyaksikan bencana yang berlangsung lambat di Arktik. Saat es berkurang, Arktik akan mengalami perubahan yang paling dramatis yang akan disaksikan oleh generasi kita," kata Lou Leonard, wakil presiden perubahan iklim WWF dalam pernyataannya bulan lalu.
"Hal ini akan berdampak pada migrasi tahunan binatang liar di seluruh wilayah tu, mengancam kesehatan jangka panjang populasi anjing laut dan beruang kutub, dan mengubah kehidupan masyarakat yang bergantung pada ekosistem Arktik," lanjut Leonard lagi.
Industri manusia yang melepaskan emisi karbon ke udara dan konsumsi berlebihan merupakan salah satu penyumbang besar bagi berkurangnya jumlah hewan di alam liar.
Laporan Nature's Living Planet Index WWF Selasa lalu menunjukkan populasi hewan saat ini berkurang hingga setengahnya jika dibandingkan 40 tahun lalu.