Setiap hari para pengungsi dan imigran mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari kehidupan yang baru.
Menurut laporan terbaru Organisasi Internasional Migrasi (IOM), sekitar 40 ribu imigran meninggal dunia sejak tahun 2000.
Laporan IOM berjudul 'Fatal Journeys - Tracking Lives Lost during Migration' yang disiarkan Minggu (28/9), menyatakan lebih dari setengah dari total keseluruhan imigran meninggal dunia ketika berusaha untuk mencapai benua Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
6.000 imigran meninggal di sepanjang perbatasan Amerika Serikat-Meksiko, 3.000 lainnya di rute migrasi Gurun Sahara Afrika dan perairan Samudra Hindia. Sejak awal 2013 saja, jumlah yang meninggal sudah mencapai empat ribu orang.
Tiga perempat dari total yang meninggal di sembilan bulan pertama tahun ini tenggelam saat diperdagangkan di pantai Timur Tengah dan Afrika Utara melewati laut Mediterania.
"Pesan kami sederhana; imigran tidak perlu kehilangan nyawa untuk sesuatu yang tidak perlu," ujar Direktur Umum IOM, William Lacy Swing.
"Sudah waktunya untuk bertindak lebih dari sekadar menghitung jumlah korban. Sekarang saat untuk mengajak dunia untuk menghentikan kekerasan terhadap imigran yang hilang arah," tambahnya.
Banyak media yang memberitakan saat dua kapal karam yang berlayar dari pulau kecil Lampedusa Italia pada Oktober lalu menyebabkan lebih dari 400 imigran meninggal dunia.
Laporan ini membuat warga internasional mendesak pemerintah Italia untuk segera menindaklanjuti kasus tersebut.
Angkatan Laut Italia lalu meluncurkan operasi 'Mare Nostrum' guna mencari dan menyelamatkan imigran yang tenggelam.
Namun, jumlah kapal yang karam dan korban meninggal dunia tahun ini di duga masih banyak.
Pada bulan ini, saksi mata melaporkan kepada IOM, sebanyak sebelas orang selamat dan 500 orang meninggal dunia, termasuk anak-anak dan wanita, ketika pelaku perdagangan manusia dengan sengaja menenggelamkan perahu mereka di perairan Malta Mediterania.
Beberapa di antara mereka yang berada di dalam kapal melarikan diri dari konflik Suriah atau Gaza, sementara yang lainnya mencari kesempatan untuk menghindari penganiayaan atau kemiskinan dan menginginkan kehidupan yang lebih baik.
Tidak ada jalur aman
Organisasi Internasional HAM, Amnesty International, mengeluarkan laporan terbaru pada Selasa (30/9), yang menuding Uni Eropa dan negara anggotanya tidak memperdulikan para pengungsi dan imigran.
Penelitian Amnesty menyebutkan jumlah korban meninggal dunia di perairan Mediterania sekitar 2.500 orang pada tahun ini.
"Tidak ada jalur aman dan reguler menuju Eropa, sehingga para imigran menerima resiko tenggelam di perairan Mediterania sebagai harga untuk mendapatkan kesempatan hidup atau bekerja," bunyi laporan tersebut.
Amnesty International juga mengingatkan kerusuhan di Timur Tengah saat ini dan konflik di tempat lain tidak akan menurunkan jumlah imigran yang mencoba mencapai Eropa.
Puluhan ribu orang saat ini terjebak dalam kerusuhan di Libya dan mencoba mencari jalan keluar.
Jalur darat melalui Turki, Bulgaria dan Yunani ditutup, sehingga para imigran ini tidak memiliki jalan keluar lain selain melalui jalur laut.
Sementara itu, seratus imigran juga dikabarkan hilang setiap tahunnya di perairan perbatasan Australia. Jumlah tersebut mengalami penurunan secara drastis pada tahun ini.
Sebagian besar dari mereka berasal dari Afghanistan, Iran, Irak dan Sri Lanka.