DISKRIMINASI KASTA

Kisah Pengumpul Kotoran Manusia di India

CNN Indonesia
Sabtu, 04 Okt 2014 22:04 WIB
Lantaran berasal dari Kasta Dalit, dan demi pendidikan putrinya, pria ini harus rela menjalani pekerjaan sebagai petugas pengumpul kotoran manusia.
Menurut berbagai riset, hampir 50 persen populasi India tidak punya toilet. (Reuters/ Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Minimnya jumlah toilet di India memaksa warganya untuk buang air besar dimana saja, termasuk di pinggir-pinggir jalan, tidak terkecuali di kota besar berpenduduk 11 juta orang seperti Mumbai.

Jika sudah begini, maka tugas pengumpul kotoran manusia sangat penting. 

Reporter CNN di India Mallika Kapur meliput dari dekat para pekerja yang berasal dari kasta terendah tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya adalah Ganesh Shinde, 42, yang telah menggeluti pekerjaan ini sejak tahun 2007. Kepada Kapur, dia mengaku awalnya tidak tahan menjalani pekerjaan menjijikkan itu.

"Tapi saya harus memberi makan keluarga," ujar Shinde.

Dengan menggunakan hanya sapu lidi dan papan triplek, dia bekerja setiap pagi mulai pukul 6.30, tujuh hari sepekan dengan gaji sekitar Rp60 ribu sehari, untuk membersihkan kotoran manusia di pinggir-pinggir jalan dan gang kota Mumbai. 

Saat sedang membersihkan tinja, seorang bocah terlihat memegang cangkir air, membuka celananya dan buang hajat di pinggir jalan. Dengan sigap, Shinde langsung membersihkannya. 

Menurut berbagai riset, hampir 50 persen populasi India tidak punya toilet, membuat mereka tidak punya pilihan lain selain buang air di ruang terbuka.

"Sekarang saya sudah terbiasa," kata Shinde mengakui pekerjaan ini sangat berat saat pertama kali dilakukan.

Pembersih kotoran lainnya, Sunil Chavan mengaku muntah-muntah pada hari-hari pertama menjalani pekerjaan ini. 

"Jika saya membawa kalian ke tempat itu, saya jamin kalian akan muntah juga," kata dia.

Pekerja kebersihan seperti Shinde dan Chavan sama sekali tidak dilengkapi peralatan memadai untuk menghindari mereka dari kotoran. 

Contohnya, seorang pembersih got harus berendam di air selokan hingga dada untuk mengangkat sampah yang menyumbat saluran air.

Seringkali, kata Shinde, pembersih got itu harus terlebih dulu menenggak minuman beralkohol sebelum masuk ke dalam gorong-gorong.

"Mereka harus membuat penciuman mereka mati. Siapa lagi yang bisa tahan baunya," kata Shinde. 

Itulah sebabnya mengapa harapan hidup para pembersih di India sangat rendah, kebanyakan mereka mengalami sakit asma, infeksi kulit atau TBC. 

Ratusan orang meninggal dunia akibat pekerjaan ini setiap tahunnya di India.

Menurut hasil riset Organisasi Tata Institute of Social Science, TISS, sebanyak 80 persen pengumpul kotoran manusia di India meninggal sebelum usia 60 tahun karena masalah kesehatan.

Di Mumbai saja, lapor TISS, sedikitnya 20 pembersih got meninggal tiap bulan karena kecelakaan, kehabisan nafas, atau menghirup gas beracun.

Kasta Dalit


Kebanyakan pekerja kotor ini berasal dari kasta terendah di India, yaitu Dalit, yang dikenal dengan kaum "tak tersentuh".

Walau Konstitusi India melarang diskriminasi berdasarkan kasta, namun Dalit masih termarjinalkan. 

Sesampainya di rumah, Shinde langsung mandi, membersihkan diri dari bau yang lekat menyengat.

Kepada Kapur, dia berharap putrinya bisa sekolah yang tinggi, tidak melakukan pekerjaan kotor seperti dirinya.

"Dia akan menyelesaikan sekolah dan bisa mandiri," kata Shinde.

Harapan bagi pekerja seperti Shinde muncul saat Perdana Menteri India Narendra Modi mencanangkan program kebersihan sebagai salah satu kebijakan utama pemerintahannya.

Pada 2 Oktober, dia meluncurkan misi Bersih India, sebuah gerakan untuk mengatasi masalah sanitasi dalam waktu lima tahun.

Modi adalah perdana menteri India pertama yang menjadikan kebersihan sebagai prioritas nasional.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER