Jakarta, CNN Indonesia -- Pekerja di Hongkong kembali masuk kantor pada Senin (6/10) setelah jalanan dan pusat perkantoran di sana sempat lumpuh selama sepekan akibat aksi protes pro-demokrasi.
Pekerja diizinkan melewati barikade demonstran yang masih terpasang di jalan menuju lokasi perkantoran swasta dan juga kantor-kantor pemerintahan seperti kantor pemimpin Hong Kong, Leung Chun-ying, yang selama ini menjadi titik aksi protes.
Hingga Senin pagi, hanya tampak sekitar seratusan demonstran yang masih bertahan di jalanan utama Hong Kong, karena himbauan untuk membubarkan diri dari pemerintah pada Minggu malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang masih bertahan ingin menuntut kesepakatan dengan pemerintah pro-Tiongkok, sedangkan yang meninggalkan jalanan berjanji akan kembali pada Senin sore.
Seminggu sebelumnya, ribuan warga di Hong Kong turun ke jalan untuk melakukan demo menuntut Leung Chun-ying mundur dan memberikan kesempatan Hong Kong untuk mengadakan pemilu tanpa campur tangan Tiongkok pada 2017.
Pemerintah Tiongkok menganggap aksi ini ilegal dan semakin khawatir jika seruan demokrasi warga Hong Kong menyebar ke Tiongkok daratan, seperti ke Tibet dan Xinjiang.
Hong Kong selama ini menjadi pintu gerbang bagi banyak investor internasional ke daratan Tiongkok.
Para ekonom ANZ Australia meramalkan kebuntuan politik di Hong Kong akan memukul sentimen bisnis dan kepercayaan konsumen.
Aksi protes sampai saat ini telah mengganggu bisnis dan perekonomian Hong Kong dan mencapai kerugian hampir US$50 juta.
Sekretaris Keuangan, John Tsang mengakui kalau perekonomian Hong Kong memang sedang terguncang.
Leung pun didesak Tiongkok agar cepat mengatasi aksi protes ini.
Menjelang Senin, jalanan Hongkong pun dibersihkan atas instruksi Leung.
Demonstran pro-demokrasi dikabarkan tunduk pada pemerintah agar para pekerja dapat kembali melakukan aktivitasnya pada Senin ini sehingga mereka akhirnya barikade dibuka.
"Saya telah menerima pemberitahuan dari kantor untuk bekerja kembali bekerja seperti biasa. Saya rasa keadaan seperti ini jauh lebih baik," ujar Hung, salah satu pegawai pemerintahan Hong Kong.
Belum ada kesepakatanMeskipun demo sedikit mereda, kesepakatan antara pemimpin pro-demokrasi dan pejabat pemerintah yang telah bertemu di Universitas Hong Kong pada Minggu (5/10) malam masih belum jelas, seperti dilaporkan media RTHK Hong Kong.
"Tidak ada kesesuaian pandangan antara kedua pihak dalam dialog. Jika pemerintah masih melakukan pembubaran aksi dengan kekerasan, maka kesepakatan tidak akan pernah terjadi" ujar Lester Shum, Wakil Sekretaris Federasi Mahasiswa Hong Kong, dalam konferensi pers setelah pertemuan, Minggu (5/10).
Pembubaran aksi dengan kekerasan masih terjadi di Pelabuhan Victoria, Mong Kok.
Demonstran sempat bentrok dengan polisi yang menggunakan semprotan merica dan pentungan untuk mengatasi aksi tersebut.
"Kami mundur karena kami tidak ingin ada konflik berdarah. Kami akan kembali jika pemerintah tidak merespon dialog," ujar Tang Sin-tung, Siswa SMA berusia 16 tahun.
Banyak orang menilai kalau penanganan kerusuhan yang terjadi di Mong Kok tidak efektif, di mana polisi dikabarkan bekerja sama dengan Triad, salah satu kelompok kriminal di Hong Kong.
"Kami sudah disemprot merica, gas air mata dan juga telah menyaksikan Triad melakukan aksinya. Sekarang kami tidak takut apa-apa," ujar Kit Lee, salah satu penduduk Mong Kok.
Protes Hong Kong saat ini menjadi protes terbesar di Tiongkok setelah protes Lapangan Tiananmen di Beijing pada 1989 silam.
Jika saat protes Tiananmen para demonstran membangun patung "Dewi Demokrasi" sebagai simbol perlawanan, maka pada protes Hong Kong demonstran membangun patung manusia berpayung kuning sebagai simbol perlawanan.
Patung tersebut terinspirasi dari aksi demonstran yang menggunakan payung saat menangkal semprotan merica yang dilakukan polisi.