Kiev, CNN Indonesia -- Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu untuk menarik mundur 17.600 tentara Rusia yang bertugas di dekat perbatasan Ukraina pada Senin (13/10).
Dalam situs pemerintah Rusia, seperti yang diberitakan kantor berita Rusia, RIA Novosti, Putin memerintahkan tentaranya untuk kembali ke markas permanen mereka di Rusia karena masa pelatihan militer musim panas di wilayah selatan Rostov, Ukraina, telah berakhir.
Langkah Rusia menempatkan ribuan tentara di Rostov dipercaya bukan dalam rangka pelatihan militer, melainkan upaya untuk menginvasi Rusia di perbatasan timur Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga saat ini, NATO belum mengkonfirmasi kebenaran penarikan mundur pasukan Rusia di wilayah itu.
Penarikan mundur tentara Rusia ini terjadi ketika Putin dan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan di Italia di sela-sela pertemuan Asia-Eropa akhir bulan Oktober.
Melihat ketegangan antara kedua negara mulai menurun, pemerintah Ukraina dapat mengakses lokasi jatuhnya Malaysian Airlines MH17 di daerah perbatasan, yang sebelumnya tertutup.
Juru bicara Menteri Keamanan dan Kehakiman Belanda, Jean Fransman menyatakan tim penyelidik dari Ukraina akan diijinkan untuk mengumpulkan barang-barang korban kecelakaan MH17 di lokasi kecelakaan setelah perundingan yang dipimpin oleh Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa terlaksana.
Ukraina dan Rusia berada pada kesepakatan gencatan senjata sejak bulan lalu ketika pemerintah dari kedua negara serta pemberontak di wilayah timur Ukraina bersepakat di Belarus.
Namun, pertumpahan darah di antara kedua negara ini terus terjadi.
Menurut Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa, sepuluh warga sipil tewas ketika sekolah di kota Donetsk ditembaki dengan meriam pada awal bulan ini.
Pekerja Palang Merah Swiss, Laurent DiPasquier dilaporkan tewas akibat serangan meriam di dekat gedung Komite Internasional Palang Merah di Donetsk.
Ketegangan di Ukraina sudah dimulai sejak April lalu ketika pemimpin separatis di Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan Kiev dan kerusuhan terjadi di dua wilayah Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.
Menurut PBB, konflik antara kelompok separatis pro-Rusia dan militer Ukraina sudah menewaskan sekitar 2.500 korban jiwa.