Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah pengadilan terhadap seorang tersangka terorisme yang digelar secara rahasia di London, Inggris, pada Selasa (15/10).
Pengadilan ini mengungkapkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair diduga adalah salah satu sasaran penyerangan.
Tersangka adalah Erol Incedal, 26, ditahan Oktober tahun lalu dengan seorang pria lainnya bernama Mounir Rarmoul-Bouhadja yang pekan lalu mengaku memiliki dokumen-dokumen cara pembuatan bom dalam sebuah kartu memori yang disita polisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Incedal, warga negara Inggris yang tinggal di London, membantah tuduhan merencanakan serangan teror bersama seorang lainnya di luar negeri dan menyangkal memiliki informasi-informasi terkait serangan teror.
Menurut jaksa penuntut Richard Whittam, Incedal dan Bouhadja merencanakan serangan teror terhadap beberapa orang atau melakukan serangan acak seperti di Mumbai, India, tahun 2008 lalu.
Salah satu sasaran mereka diduga adalah Tony Blair, karena alamat rumah mantan Perdana Menteri Inggris itu tertera di secarik kertas di dalam mobil Mercedes hitam milik Incedal yang ditilang pada September 2013.
"Dalam konteks yang lebih luas dari kasus ini, semuanya berkaitan," kata Whittam.
Blair, 61, yang memiliki rumah di London tengah adalah perdana menteri dari tahun 1997 hingga 2007, saat Inggris bergabung dengan AS dalam menginvasi Afghanistan dan Irak.
Saat ini Blair adalah utusan khusus Inggris untuk Kuartet Perdamaian Timur Tengah, yang terdiri dari Amerika Serikat, PBB, Rusia dan Uni Eropa.
Awalnya, The Crown Prosecution Service (CPS) menginginkan pengadilan Incedal dilakukan rahasia seluruhnya dengan alasan mengancam keamanan nasional, namun permintaan ini ditolak oleh Pengadilan Banding Juni lalu.
Akhirnya pengadilan dilakukan rahasia sebagian dan dibagi jadi tiga bagian, yaitu terbuka untuk publik dan wartawan, terbuka hanya untuk 10 wartawan namun dilarang melaporkan prosesnya dan harus menyerahkan seluruh catatan, dan bagian terakhir dilarang sama sekali.
Rencana BPenahanan Incedal dilakukan setelah polisi lalu lintas tahun lalu menemukan catatan kecil di dalam mobilnya bertuliskan: "Perangi orang-orang kafir di dekatmu."
Polisi yang kemudian meletakkan alat penyadap di mobil itu mendengarkan Incedal mengatakan bahwa dia membenci orang kulit putih, mendengarkan musik "jihadi", dan menyinggung soal "Rencana B."
Dua minggu kemudian, Incedal ditahan oleh polisi yang menghentikannya dengan menembak mobilnya di sebelah timur London.
Sebuah memory card yang ditemukan di dalam mobilnya berisikan cara membuat bahan peledak. Sedangkan dalam telepon selulernya, kata Whittam, riwayat pencarian internet Incedal kebanyakan soal ISIS dan gambar-gambar sinagog, tempat ibadah Yahudi.
Dalam penggeledahan di rumahnya, polisi menemukan dokumen soal rencana mendirikan toko, di samping catatan yang berjudul Rencana A, soal "pengintaian sebulan" dan "menyewa rumah di dekatnya", seperti dibeberkan Whittam.
Di rumah lainnya yang dia sewa, detektif menemukan laptop yang diduga digunakan Incedal untuk berkirim pesan dengan kata-kata sandi melalui email dan Skype, salah satunya menyebutkan soal "straps", bahasa prokem untuk senjata.
Salah satu sandi lainnya bertuliskan "k 1122aaa shhh etc" diduga membicarakan soal senjata Kalashnikov, dan "mo** 55bayy style" yang disinyalir membahas soal model serangan Mumbai.
Pihak keamanan Inggris telah lama memperingatkan bahaya terulangnya kembali serangan teroris di Hotel Taj Mahal Mumbai yang dilakukan oleh 10 warga Pakistan dan dalam tiga hari menewaskan 166 orang.
Inggris juga tengah sibuk memperketat keamanan menyusul banyaknya warga negaranya yang bergabung dengan ISIS dan kelompok militan lainnya di Timur Tengah.
Diperkirakan lebih dari 500 warga Inggris pergi ke Suriah untuk bertempur, setengahnya diduga telah kembali dan menjadi ancaman tersendiri bagi negara tersebut.