Jakarta, CNN Indonesia -- Jerman akan memperingati 25 tahun runtuhnya Tembok Berlin dengan pesta rakyat besar di jalan-jalan sekitar Benteng Brandenburg, simbol pembatas Eropa, pada 9 November mendatang.
Festival ini juga akan menjadi perayaan bagi sebagian warga Jerman yang telah berjasa meluruhkan komunisme di Eropa Timur.
"Kami ingin merayakan peran warga dalam membawa perubahan," ujar Steffen Seibert, juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel, saat menjelaskan rencana festival tersebut bersama perwakilan dari kota Berlin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan perayaan lima tahun lalu yang sangat khidmat, festival kali ini akan dihadiri oleh orang-orang besar seperti mantan pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev, dan pemimpin Polandia, Lech Walesa.
"Kami ingin festival yang akan mewujudkan kebebasan dan kami akan merayakan fakta bahwa kami memiliki revolusi yang damai," ujar Seibert.
Menurut Seibert, Angela Merkel yang dulu dibesarkan di bawah komunisme Jerman Timur akan berpidato untuk memperingati 25 tahun runtuhnya Tembok Berlin di bekas jalur perbatasan sepanjang Bernauer Strasse.
Setelah itu, Merkel bersama kabinetnya akan bergabung dalam acara perayaan di Benteng Bradenburg sebagai tamu.
Belum ada konfirmasi terkait kehadiran mantan Kanselir Jerman Helmut Kohl yang dulu memerintah di saat Tembok Berlin runtuh dan juga merupakan pelopor persatuan Jerman.
Pria yang kini berusia 84 tahun itu memiliki kondisi kesehatan yang lemah dan biasa terlihat dengan kursi roda.
Bir dan sosisKios bir dan sosis akan dijejerkan sepanjang jalan di Berlin dan pentas musik akan dimeriahkan oleh Peter Gabriel dan musisi rock Jerman, Udo Lindenberg.
Daniel Barenboim juga akan memimpin orkestra Berlin State Opera yang akan memainkan lagu Ode to Joy dari Simfoni No.9 milik Beethoven.
Festival ini akan berlangsung seharian hingga malam. Sekitar delapan ribu hiasan balon putih akan dipasang di sepanjang jalur bekas Tembok Berlin dan akan dilepas ketika langit mulai gelap.
Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dari komunisme di Jerman Timur dibangun pada 1961 dan menjadi simbol paling kuat dari Perang Dingin.
Setidaknya 136 orang dibunuh dan meninggal di tembok tersebut ketika mayoritas dari mereka mencoba melarikan diri.
Menurut Seibert, puluhan ribu orang di timur kota Leipzig saat itu berkumpul di dalam dan luar gereja memprotes pemerintahan komunis yang berujung pada berakhirnya rezim Jerman Timur.
Pada 9 November 1989 ketika Perang Dingin mulai mencair di perbatasan Eropa Timur, juru bicara Partai Komunis Berlin Timur mengumumkan perubahan hubungan dengan Berlin Barat.
Dimulai pada malam di hari yang sama, warga Republik Demokratik Jerman, GDR, diperkenankan secara bebas melewati perbatasan negara.
Warga Jerman Timur dan Jerman barat berbondong-bondong menuju tembok besar tersebut, meminum bir dan sampanye serta meneriakkan "Tor auf!" atau "Buka gerbang!".
Tidak kurang dari dua juta orang dari Berlin Timur mengunjungi Berlin Barat saat itu, sebuah peristiwa yang oleh seorang wartawan digambarkan sebagai "pesta jalanan terbesar sepanjang sejarah."
Lalu menggunakan palu dan linggis, rakyat Jerman menghancurkan tembok pemisah tersebut.
"Hanya pada hari ini, perang benar-benar berhenti," tulis seorang warga Jerman di tembok tersebut menggunakan cat.
Namun, reunifikasi Jerman Timur dan Jerman Barat baru diresmikan pada 3 Oktober 1990, hampir setahun setelah runtuhnya Tembok Berlin.