Manila, CNN Indonesia -- Militan Islam di Filipina selatan, Abu Sayyaf, mengatakan bersedia untuk mengundur waktu eksekusi dua warga Jerman selama dua jam pada Jumat (17/10), jika mereka menerima kabar bahwa uang tebusan akan segera dibayarkan.
Abu Sayyaf, yang mendukung ideologi ISIS di Timur Tengah, sebelumnya mengancam akan membunuh salah satu dari dua sandera di pulau terpencil selatan Jolo pada Jumat jam 15.00 waktu setempat.
Mereka menginginkan uang tebusan sebesar US$ 5,56 juta dan meminta Jerman berhenti mendukung serangan udara pimpinan AS di Irak dan Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok yang memiliki rekor penculikan, pembunuhan dan pemboman di masa lalu ini menghubungi Stasiun Radio Mindanao Network di kota Zamboanga.
"Kami bersedia untuk memperpanjang tenggat waktu selama dua jam untuk menunggu tebusan," kata Abu Rami, juru bicara Abu Sayyaf, melalui sambungan telepon.
Pemerintah Filipina pun langsung meningkatkan patroli militer di Jolo, wilayah yang menjadi sarang militan Islam di negara berpenduduk mayoritas beragama Katolik itu.
Salah satu dari dua warga Jerman yang disandera sempat berbicara singkat dalam telepon singkat tersebut.
Pria Jerman, yang diketahui berprofesi sebagai seorang dokter, menceritakan bagaimana ia dan teman wanitanya disandera ketika kapal pesiar mereka rusak di dekat Palawan saat melakukan perjalanan ke Sabah, Malaysia timur, pada bulan April.
Ia juga mengatakan bahwa penyekapan di hutan telah memperburuk kesehatannya.
Letnan Jenderal Rustico Guerrero, komandan militer Filipina, mengatakan pemerintah Filipina sudah memonitor situasi di lapangan.
"Kami mengetahui garis besar di mana mereka berada. Kami menyadari tuntutan mereka. Kami juga tidak ingin para sandera dalam keadaan bahaya," kata Guerrero.
Laksamana Reynaldo Yoma mengatakan negosiasi Filipina dengan kelompok militan Abu Sayyaf sedang dilakukan, tapi ia tidak tahu mengenai rincian negosiasi.
"Yang bisa saya katakan ialah kami siap untuk melakukan operasi penegakan hukum bukan untuk penyelamatan, karena melakukan penyelamatan mungkin akan menggagalkan negosiasi yang sedang berlangsung," kata Yoma kepada Reuters melalui telepon.
Seorang juru bicara untuk kementerian luar negeri Jerman mengatakan bahwa ancaman sama sekali bukan cara yang tepat untuk mempengaruhi arah politik luar negeri Jerman.
Pihak Jerman mengatakan bahwa tim kementerian penanggulangan krisis juga sedang mendalami kasus ini.
Abu Sayyaf telah lama berbasis di hutan pedalaman, sekitar 960 km selatan dari Manila di Laut Sulu, di antara Filipina dan Malaysia Timur.
Belum jelas, apakah kelompok Abu Sayyaf juga melakukan kontak dengan ISIS.
Beberapa kelompok Muslim di Filipina selatan telah lama memerangi pemerintah, tapi kelompok Abu Sayyaf sangat menonjol setelah pada tahun 2000 menculik 21 turis dan pekerja dari sebuah resor di dekat Malaysia.
Mereka menyandera warga Perancis, Jerman, Finlandia dan Afrika Selatan, selama berbulan-bulan di Jolo sebelum akhirnya membebaskan setelah menerima uang tebusan sebesar jutaan dolar dari pemimpin Libya Muammar Gaddafi, menurut pejabat Filipina.
Libya membantah membayar uang tebusan tetapi mengakui pejabat pemerintah mereka terlibat dalam negosiasi. Beberapa sandera yang telah bebas kemudian mengunjungi Tripoli.