AKSI TERORISME

Abu Sayyaf, Teroris di Selatan Filipina

CNN Indonesia
Jumat, 17 Okt 2014 17:17 WIB
Abu Sayyaf, kelompok separatis Filipina yang telah berdiri selama dua puluh tahun, terus menebarkan teror melalui pembunuhan, penculikan dan penyanderaan.
Abu Sayyaf menyebarkan ancaman teror, pembunuhan dan penculikan. (AFP/Getty Images)
Manila, CNN Indonesia -- Abu Sayyaf merupakan kelompok separatis yang ingin mendirikan negara Islam di sebelah Selatan Filipina, yang sebagian besar dihuni oleh etnis Muslim Moro.

Proses terbentuknya kelompok separatis ini terkait dengan sejarah perjuangan bangsa Moro, yang hingga abad ke-20 belum bergabung dengan Filipina.

Nama Abu Sayyaf, yang dalam bahasa Arab berarti "bapak pedang", diambil dari nama seorang mujahidin di Afghanistan yang berperang melawan kekuasaan rezim Uni Soviet pada dekade 1980-an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelompok Abu Sayyaf didirikan pada tahun 1991 di Pulau Basilan oleh anggota kelompok separatis Front Nasional Pembebasan Moro, MNLF, yang tidak menyetujui negosiasi damai antara MNLF dengan pemerintah Filipina.

Anggota Abu Sayyaf percaya mereka harus meneruskan perjuangan leluhur bangsa Moro untuk membentuk negara Islam di Asia Tenggara.

Abu Sayyaf dianggap lebih radikal dari MNLF karena kerap melakukan tindak kekerasan seperti pembunuhan, serangan bersenjata, pengeboman, dan melakukan eksekusi pemenggalan kepala.

Ironisnya, kelompok Abu Sayyaf mulai dikenal dunia pada pertengahan dekade 1990-an ketika gagal melakukan dua misi besarnya, yaitu menyerang 12 pesawat komersil milik Amerika Serikat dan membunuh Paus John Paul II.

Diperkirakan Abu Sayyaf memiliki 2.000 pendukung dan sekitar 200 hingga 500 anggota utama yang datang dari kalangan akademisi.

Koneksi dengan Jaringan Teroris

Selain memperoleh dana dari tindak kejahatan seperti pemerasan dan penculikan, Abu Sayyaf diperkirakan menerima bantuan logistik dan mempunyai hubungan baik dengan kelompok radikal lain seperti Al-Qaidah dan Jemaah Islamiyah, atau JI. Agustus 2014 lalu, seorang petinggi Abu Sayyaf juga menyatakan bahwa ia berbaiat kepada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS.

Sebagian besar anggota Abu Sayyaf berlatih di markas militer Al-Qaidah di Afghanistan.

Meskipun paska tragedi 9/11, kerja sama antar kedua kelompok ekstremis ini tak terdengar lagi, para anggota Abu Sayyaf memiliki hubungan yang baik dengan kelompok teroris afiliasi Al-Qaidah di Filipina.

Saudara ipar Osama bin Laden, Muhammad Jamal Khalifa, diduga telah memberikan kucuran dana kepada Abu Sayyaf melalui usaha pencucian uang berkedok badan amal yang dia dirikan, yaitu Organisasi Internasional Islamic Relief.

Pada Februari 1998, Abu Sayyaf mendukung Osama bin Laden, untuk memerangi "orang Yahudi dan para Tentara Salib". Namun, dukungan Abu Sayyaf berakhir ketika pemimpin mereka, Abdurajik Janjalani, tewas di tangan tentara Filipina pada akhir tahun 1998.

Sepeninggal Janjalani, semangat perjuangan Abu Sayyaf mulai mengendur. Adik Abdurajik Janjalani, Khadaffi Janjalani dinilai tidak dapat menggantikan peran kakaknya, karena tak memiliki kemampuan militer.

Khadaffi Janjalani pun harus berebut kekuasaan dengan tokoh besar lain seperti Abu Sabaya dan Galib Andang yang terkenal dengan nama Komandan Robot.

Pemerintah Filipina dan Amerika Serikat telah berupaya menanggulangi aksi terorisme di Filipina dengan menyerang markas Abu Sayyaf di Filipina pada Juni 2002 yang menewaskan pemimpin Abu Sayyaf saat itu, Abu Sabaya.

Abu Sayyaf kemudian mengangkat Yasser Igasan sebagai pemimpin kelompok ini pada tahun 2007, meskipun Igasan tidak memiliki kemampuan militer.

Aksi Teror

Pengamat menilai Abu Sayyaf kini telah jauh meninggalkan ideologi agama Islam yang pada awalnya yang mereka perjuangkan, dan menjadi kelompok radikal yang melakukan tindakan kriminal tanpa motif politik yang jelas.

Abu Sayyaf menyebarkan ancaman teror, pembunuhan dan penculikan pada masa pemerintahan Presiden Filipina, Gloria Macapagal Arroyo, di Filipina Selatan dan daerah dekat Laut Tiongkok Selatan.

Pada Desember 1994, Abu Sayyaf meledakkan pesawat Philipina Airlines tujuan Manila - Tokyo yang mengakibatkan satu orang tewas.

Abu Sayyaf juga menyerang Kota Ipil pada 1995, menyebabkan 50 orang tewas. Tiga tahun setelahnya, Abu Sayyaf meledakkan sebuah pusat perbelanjaan di Zamboanga, mengakibatkan 30 orang tewas.

Hingga saat ini, Abu Sayyaf tetap menjadi ancaman utama bagi keamanan di Filipina Selatan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER