PELANTIKAN PRESIDEN

Abbott Inginkan RI-Australia Lebih Erat

CNN Indonesia
Senin, 20 Okt 2014 10:27 WIB
Perdana Menteri Australia Tony Abbott berupaya memperat hubungan dengan Indonesia dibawah pimpinan Presiden baru Joko Widodo yang sebelumnya sempat renggang.
PM Australia menghadiri pelantikan presiden RI untuk eratkan hubungan yang sempat renggang. (Reuters/Darren Whiteside)
Sydney, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott menghadiri pelantikan Presiden terpilih Joko Widodo dalam langkah yang dinilai sebagai inisiatif untuk memperkuat hubungan Australia dengan Indonesia.

Seperti ditulis situs berita The Sydney Morning Herald, sebelum bertolak ke Jakarta, Abbott menyatakan Indonesia adalah negara tetangga Australia yang sangat penting sehingga hubungan antara kedua negara harus terjalin dengan baik.

"Australia ingin presiden terpilih dapat memimpin dengan baik karena Indonesia yang kuat, makmur dan menjunjung tinggi demokrasi mempunyai posisi penting di dunia," kata Abbott, Minggu (19/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diberitakan The Guardian, Abbott menggambarkan Indonesia sebagai negara demokratis yang semakin kuat di Asia. Abbott bahkan menyatakan Australia lebih membutuhkan Jakarta dibanding Jenewa. 

"Jika melihat tren saat ini, ekonomi Indonesia akan menjadi yang terbesar keempat di dunia. Namun, hingga saat ini, nilai perdanganan bilateral dengan Indonesia hanya US$ 15 miliar," kata Abbott.

Abbott menegaskan nilai perdangan tersebut lebih rendah ketimbang nilai perdagangan bilateral Australia dengan New Zealand, yang hanya dihuni oleh 4 juta orang.

Abbott menekankan hampir satu juta warga Australia mengunjungi Indonesia setiap tahun, sementara lebih dari 17 ribu mahasiswa Indonesia belajar di Australia setiap tahun.

Untuk meningkatkan hubungan kedua negara di bidang pendidikan, Abbott telah merangcang kebijakan New Colombo Plan untuk memungkinkan lebih banyak remaja Australia belajar di Indonesia, dan mendirikan Pusat Indonesia-Australia di Monash University.

Abbott menggambarkan mantan presiden SBY sebagai teman baik Australia, dan menilai Presiden Jokowi mempunyai tekad besar untuk memperbaiki hubungan kedua negara.

Tony Abbott akan bergabung dengan sejumlah perwakilan negara tetangga, seperti Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah, Pemimpin Papua Nugini Jenderal Michael Ogjio, Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak, Wakil Perdana Menteri Thailand Tanasak Patimapragorn, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Perdana Menteri Haiti Laurent Lamothe.

Menteri Luar Negeri Amerika Serika John Kerry utusan Jepang Yasuo Fukuda, Menteri Luar Negeri Canada, John Baird dan Menteri Luar Negeri New Zealand juga dijadwalkan akan menghadiri pelantikan.

Di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hubungan Indonesia dengan Australia sempat merenggang terlebih semenjak kasus penyadapan Indonesia oleh Australia terungkap awal tahun ini, mengakibatkan Presiden SBY sempat menarik Duta Besar Indonesia di Canberra selama enam bulan.

Terkait kasus penyadapan tersebut, Presiden SBY telah menandatangai Code of Conduct, namun hubungan kedua negara yang renggang juga diperburuk dengan perbedaan kebijakan kedua negara terkait pencarian suaka dan ekspor hewan ternak hidup.

Abbott sebenarnya tidak diundang ke pelantikan ini dan Juru Bicara MPR Agus Subagyo mengkonfirmasi bahwa sejumlah pemimpin negara memang tidak diundang secara langsung, namun tetap datang atas dasar inisiatif sendiri.

Sebelum tahun 2004, pelantikan presiden Indonesia tidak dihadiri oleh perwakilan berbagai pemimpin negara. Namun, tradisi ini dimulai oleh mantan perdana menteri Australia, John Howard, yang mendatangi pelantikan SBY.

Hingga saat ini, belum ada kepastian Presiden Joko Widodo akan membalas kunjungan Abbott dengan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G2 di Brisbane akhir November ini.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER