Jakarta, CNN Indonesia -- Iran akhirnya mematuhi kesepakatan nuklir sementara dengan grup P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Tiongkok, Prancis, dan Jerman). Ini merupakan kabar positif jelang batas waktu kesepakatan jangka panjang nuklir yang akan berakhir November 2014.
Kabar persetujuan Iran didapat
Reuters dari laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Senin (20/10). Dalam laporan tersebut dijelaskan, Iran berkomitmen menyetujui kesepakatan sementara. Negara-negara barat sedang berusaha membuat kesepakatan permanen dengan Iran.
Iran dikabarkan telah menurunkan kadar sekitar 4.100 kilogram serpihan uranium hingga dua persen dari level alami. Ini merupakan langkah nyata Iran untuk menyetujui kesepakatan yang telah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uranium halus dapat digunakan menjadi bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir, namun bisa juga digunakan sebagai inti bom nuklir jika diproses lewat tahapan lebih tinggi. Negara-negara barat khawatir jika Iran melakukan hal tersebut.
IAEA bertugas memastikan Iran menyepakati perjanjian tersebut, sekaligus menjaga agar tidak ada perang di kawasan Timur Tengah. Iran sejak awal membantah telah mengembangkan bom atom seperti yang dituduhkan negara-negara barat.
Pada pertengahan 2013, Presiden Iran, Hassan Rouhani, menciptakan era baru dengan membuka ruang diplomasi bersama negara-negara barat. Situasi itu berakhir dengan terciptanya kesepakatan nuklir yang baru tahun ini.
Namun, hingga kini belum jelas apakah Iran dan P5+1 akan memenuhi batas waktu 24 November, dengan memperpanjang kesepakatan sementara atau menjadikannya permanen.
Dalam kesepakatan awal, Iran berjanji menghentikan program nuklir, mulai dari pengayaan uranium hingga pembuatan serpihan uranium dengan kadar di atas 20 persen. Sebagai gantinya, Iran akan mendapat kelonggaran sanksi ekonomi.
Selama empat bulan perpanjangan kesepakatan, Iran telah menerima sekitar US$2,8 miliar hasil pendapatan minyak beku yang sebelumnya tertahan di bank luar negeri. Sebelumnya, Iran sudah mendapatkan US$4,2 miliar.
Sebagai gantinya, Iran setuju membuat perencanaan nuklir lainnya, seperti pembuatan bahan bakar nuklir untuk reaktor riset dan juga kegiatan pencairan uranium dengan kadar rendah.
Terlepas dari pencairan tersebut, IAEA menyebut Iran, sejak Juli 2014, telah menggunakan sekitar 17 dari 20 kilogram uraniumnya sebagai oksida dalam memproduksi bahan bakar.