LAPORAN HRW

HRW Beberkan Kesaksian Pembantaian di Irak

CNN Indonesia
Senin, 03 Nov 2014 11:47 WIB
Menurut saksi mata, saat shalat Jumat, kelompok bersenjata AK-47 masuk dan memberondong mereka dengan tembakan, menewaskan 34 orang dan melukai puluhan lainnya.
Pasukan Irak dibantu oleh militan relawan Syiah dalam menghadapi ekspansi ISIS di Irak dan Suriah. (Reuters/Alaa Al-Marjani)
Baghdad, CNN Indonesia --
Militan Syiah dilaporkan berada di balik pembantaian di sebuah masjid Sunni di Provinsi Diyala, Irak, pada pertengahan Agustus lalu yang menewaskan 34 orang dan melukai puluhan lainnya.

Menurut laporan Human Right Watch, HRW, yang mengutip para saksi dan korban selamat pada Minggu (2/11), militan Syiah dan tentara Irak masuk ke dalam Masjid Musab bin Omar di desa Bani Weis, sekitar 75 kilometer timur laut Baquba, sambil menenteng AK-47, saat shalat Jumat pada 22 Agustus lalu.
"Korban pembantaian oleh militan pro-pemerintah dan aparat keamanan mengenali penyerang dan tahu nama mereka," tulis laporan HRW.

Saksi mata mengatakan bahwa komplotan itu lantas melepaskan tembakan ke arah jemaah, letupan senjata terdengar hingga radius 600 meter melalui pengeras suara di masjid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Korban tewas awalnya dilaporkan 65 namun direvisi menjadi 34 orang, puluhan terluka tembak.

Seorang saksi mengatakan pada HRW bahwa penyerang mengenakan kaos warga hijau gelap dan ikat kepala, seragam yang biasa digunakan kelompok militan Syiah yang didukung Iran, Asaib al-Haq.

"Dia berkata 'jangan bergerak, jangan ada yang keluar' dia pertama kali menembak sheikh, lalu menembaki kami. Saat mendengar tembakan, saya langsung tiarap," kata seorang saksi yang tidak disebut namanya demi keamanan.

Saksi lainnya mengatakan serangan dilakukan oleh dua pasukan, satu pasukan menembak di dalam masjid sedangkan militan lainnya berjaga di luar, menembaki jemaah yang kabur.

"Saksi mengatakan bahwa ada pos pemeriksaan militer sekitar 200 meter dari masjid dan pos polisi sekitar 150 meter, tapi tidak ada respon dari aparat keamanan, padahal penembakan itu terdengar lewat pengeras suara masjid," tulis HRW.

Serangan itu menjadi tajuk utama di banyak surat kabar internasional, memicu mundurnya anggota parlemen Sunni dalam negosiasi membentuk pemerintah baru di Irak, mendesak diselidikinya kasus ini.

Negosiasi tetap berlanjut setelah Amerika Serikat membujuk dengan alasan menyatukan Irak dan tidak memperluas perpecahan.

Irak memang membentuk tim penyidik, namun HRW mengatakan temuan tim ini tidak pernah dipublikasikan atau diinformasikan ke warga dan keluarga korban.

Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak, tiga orang telah dinyatakan tersangka dalam pembantaian tersebut.

Kepada HRW, dia menjelaskan bahwa serangan di masjid itu adalah pembalasan atas bom jalanan yang mengincar relawan militan Syiah dalam perjalanan mereka ke Bani Weis.

HRW mendesak pemerintah untuk mempublikasikan ke khalayak rincian temuan tersebut. Menurut HRW, pola serangan seperti ini banyak dilakukan kelompok militan Syiah seperti Asaib al-Haq, Brigade Badr dan Kataib Hizbullah.

"Militan pro pemerintah menjadi lebih berani dan kejahatan mereka kian mengejutkan. Pemerintah Irak dan sekutunya telah mengabaikan serangan mengerikan ini dan mereka bertanya mengapa ISIS banyak dapat dukungan dari komunitas Sunni," kata Joe Stork, direktur Timur Tengah HRW.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER