KTT APEC

Xi Jinping Ajak Taiwan Sisihkan Perbedaan

CNN Indonesia
Senin, 10 Nov 2014 07:58 WIB
Presiden Xi Jinping bertemu dengan utusan Taiwan untuk APEC dan menyerukan untuk menyisihkan perbedaan kedua negara yang acap kali mengalami pasang surut.
Sebelum KTT APEC, Presiden Xi Jinping ajak Taiwan untuk kesampingkan perbedaan meski hubungan kedua negara selama setahun terakhir mengalami pasang surut.
Beijing, CNN Indonesia -- Presiden Tiongkok Xi Jinping menyerukan kepada Taiwan pada Minggu (9/11) untuk menyisihkan perbedaan mereka setelah teguran Beijing  terhadap Taiwan yang dianggap mendukung demonstran pro-demokrasi di Hong Kong.

Xi bertemu Vincent Siew, utusan Taiwan untuk forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Beijing dan untuk urusan politik, juga bertemu Wang Yu-chi, ketua kebijakan Taiwan untuk Tiongkok, level tertinggi yang mengurusi hubungan kedua pemerintah sejak 1949.

Xi mengatakan pada Siew bahwa "kedua belah pihak akan menghadapi kesulitan dan hambatan yang tidak dapat dihindari karena beberapa perbedaan,” kantor berita negara Xinhua melaporkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Kami) harus menghormati pilihan masing-masing dalam jalur pembangunan dan sistem sosial," kata Xi, yang mengacu pada perbedaan kedua negara: Taiwan merangkul kapitalisme dan demokrasi sedangkan Tiongkok mengikuti sosialisme dan otoritarianisme.

Presiden Taiwan Ma Ying-jeou membuat gusar Tiongkok bulan lalu ketika ia mendesak Beijing untuk lebih demokratis dan menegaskan kembali dukungannya bagi demonstran Hong Kong.

Sentimen anti-Tiongkok meninggi di Taiwan menjelang pemilihan walikota bulan ini.

Partai berkuasa di Taiwan, Kuomintang, atau Partai Nasionalis yang dipimpin oleh Ma, menghendaki hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Tiongkok, tetapi tegas mengatakan tidak untuk unifikasi kecuali Tiongkok menjadi negara demokrasi.

Partai oposisi utama Taiwan dukung kemerdekaan resmi.

Tiongkok dan Taiwan "harus lebih saling percaya dan menjaga interaksi," kata Xi, menambahkan bahwa Tiongkok dan Taiwan harus “memperkuat hubungan ekonomi, budaya, teknologi dan pendidikan.”

Taiwan dan Tiongkok telah berpisah sejak 1949 ketika tentara kelompok Nasionalis mundur ke Taiwan setelah kalah dalam perang saudara dengan kelompok komunis.

Tiongkok, yang mengklaim Taiwan sebagai miliknya, telah berupaya untuk membuat Taiwan terisolasi secara diplomatik dan bersumpah untuk menyerang jika negara itu secara resmi menyatakan kemerdekaan.

Presiden Ma dan pendahulunya belum pernah bisa menghadiri KTT APEC, meskipun Taiwan menjadi anggota, dikarenakan campur tangan Beijing.

Delegasi Taiwan untuk pertemuan APEC sebelumnya biasanya adalah para pebisnis atau pensiunan seperti Siew, mantan wakil presiden.

Siew mengatakan pada konferensi pers bahwa “tidak mudah bagi kedua belah pihak untuk maju menuju perdamaian dan ini harus dihargai.”

Sementara itu, pertemuan Xi dengan Wang menjadi sangat penting mengingat pertemuan bilateral tertinggi kedua negara yang diadakan di Tiongkok.

Wang menggambarkan suasana pertemuan "harmonis".

Ketika Xi bertemu Siew dan Wang pada KTT APEC Bali tahun lalu, Xi sempat membuat Taiwan naik darah dengan mengatakan bahwa kebuntuan politik dan kedaulatan Taiwan yang telah  berlangsung lebih dari enam dekade tidak bisa berlangsung selamanya.

Pasang Surut

Hubungan bilateral kedua negara mengalami pasang surut tahun ini.

Oktober lalu, Tiongkok dan Taiwan sempat panas setelah sebuah surat kabar Tiongkok menuduh intelijen Taiwan mencoba untuk merekrut mahasiswa Tiongkok yang belajar di Taiwan untuk memata-matai Tiongkok setelah kembali ke rumah mereka.

Pejabat Tiongkok yang bertanggung jawab atas hubungan dengan Taiwan, dipaksa untuk mempercepat kunjungannya yang pertama kali ke Taiwan pada Juni menyusul protes keras di Taiwan.

Gedung parlemen Taiwan diduduki selama berminggu-minggu oleh ratusan pengunjuk rasa yang marah atas pakta perdagangan yang akan membuka 80 sektor jasa Tiongkok ke Taiwan dan 64 sektor Taiwan ke Tiongkok.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER