Beijing, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mendorong produk Indonesia masuk dalam Development Goods, atau produk-produk yang mendukung proses pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif, dalam pertemuan APEC di Beijing, Tiongkok, dalam sesi pembahasan integrasi ekonomi kawasan, Selasa (11/11).
Seperti disampaikan dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri Indonesia, ada lima produk unggulan Indonesia yang diharapkan masuk dalam Development Goods, yaitu kelapa sawit, karet alam, kertas, dan produk perikanan.
Di Indonesia, 50 persen total produksi minyak kelapa sawit diproduksi oleh sekitar 6,7 juta petani. Sementara kurang lebih 4 juta petani memproduksi 68 persen total karet alam nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terkait dengan hal ini, pertemuan APEC sepakat untuk segera menyelesaikan studi mengenai development products dan menindaklanjuti dengan dialog kebijakan. Selain Indonesia, 12 negara ekonomi APEC lainnya sudah menyampaikan usulan-usulan produk yang ingin dimasukkan sebagai Development Goods," tulis keterangan Kemlu.
Selain itu pada sesi yang membahas topik konektivitas dan infrastruktur, Presiden RI telah mendorong kerja sama pemerintah-swasta untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, kereta api, pembangkit listrik dan zona industri.
"Ditekankan juga oleh Presiden pentingnya pembangunan konektivitas maritim baik di tingkat nasional maupun kawasan, dengan membangun dan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan laut di Indonesia dan dengan negara-negara lain di kawasan," lanjut Kemlu.
Sebelumnya dalam pidato di APEC Senin lalu, Jokowi menawarkan peluang investasi pembangunan infrastruktur konektivitas di tanah air kepada sekitar 500 pemimpin perusahaan terkemuka dari 21 negara di Asia Pasifik yang hadir dalam forum itu.
Dalam Presentasinya, Jokowi memberikan gambaran tentang Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau dengan populasi penduduk sekitar 240 juta jiwa.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini kemudian menjelaskan agenda pembangunan di Indonesia ke depan yang fokus pada konektivitas maritim, pembangunan 24 pelabuhan dan transportasi massal, serta pembangkit listrik 35 ribu MW.
Jokowi juga sempat menjelaskan kondisi konektivitas antarpulau belum terbangun dengan baik sehingga ada kesenjangan harga komoditas barang di antara pulau satu dan yang lain.
Selain memaparkan peluang yang ada, Jokowi juga mengungkapkan sejumlah masalah yang menghambat pembangunan di Indonesia, mulai dari birokrasi perizinan, pembebasan lahan, hingga ketersediaan listrik. Kendati demikian Jokowi berjanji beragam masalah akan menjadi fokus pemerintahannya.
Diakhir Presentasinya, Jokowi mengajak kalangan usaha di forum APEC untuk turut serta dalam pembangunan di Indonesia. ”Kami menantikan Anda untuk datang ke Indonesia dan berinvestasi di Indonesia,” tutupnya.