Amerika Serikat, CNN Indonesia -- Militer Amerika Serikat mulai memberi nasihat pada militer Irak di Provinsi Anbar. Hal ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Martin Dempsey mengatakan, sebuah kelompok penasihat militer AS sudah berada di Markas Udara Ain al-Asad di provinsi yang secara mayoritas telah dikuasai ISIS.
Para penasihat itu akan melatih divisi ketujuh militer Irak yang telah menderita berbagai kekalahan dari ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami memiliki sebuah tim yang akan melatih, menasihati, dan membantu di Markas Udara al-Asad,” ujar Dempsey dalam sebuah wawancara Sabtu (15/11) lalu.
Pada 7 November lalu, pemerintahan Presiden Barack Obama mengumumkan adanya tambahan 1.500 pasukan AS ke Irak dalam rangka memperlebar pelatihan militer negara tersebut.
Kami memiliki sebuah tim yang akan melatih, menasihati, dan membantu di Markas Udara al-AsadMartin Dempsey |
Kemampuan dan kemauan divisi ketujuh melawan ISIS di Anbar sangat penting untuk menekan balik kelompok militan yang terkenal brutal tersebut. Dua kota utama di provinsi tersebut yakni Falluja dan Ramadi, telah berhasil diambil alih ISIS.
Dalam usahanya merebut berbagai daerah dari Pemerintahan Irak, ISIS kerap menemui hambatan dari militer negara yang dilanda peperangan sejak 2003 lalu tersebut.
Hubungan dengan Aliran Sunni Sangat PentingDi saat Pemerintahan Haider al-Abadi mencoba mempererat hubungan dengan berbagai suku beraliran Islam Sunni di Anbar, seorang ajudan Dempsey mengatakan para penasihat tersebut sudah mulai membantu divisi ketujuh militer Irak.
Tujuannya adalah membuat pasukan transisi yang terdiri dari ribuan warga Suku Sunni sebelum Pemerintah Irak membentuk “Garda Nasional” yang akan mendesentralisasikan kekuatan dari Baghdad.
Pejabat tersebut mengatakan, operasi pelatihan militer AS di markas udara al-Asad diharapkan dapat dimulai tahun ini.
Militer Irak dibebani sejarah perpecahan sektarianisme di Anbar. Provinsi tersebut, yang secara mayoritas dihuni warga beraliran Sunni, membenci pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki yang mayoritas terdiri dari muslim beraliran Syiah.
Selain itu, pada Desember 2013 lalu, al-Maliki sempat menginstruksikan militer Irak untuk membersihkan kamp protes di Ramadi yang membuat warga Sunni marah.
Pemberontakan Warga Sunni memicu kelompok militan ISIS masuk ke Falluja dan Ramadi.
Dempsey mendeskripsikan para penasihat militer tersebut sebagai kelompok awal yang akan membangun tempat pelatihan di al-Asad. “Mereka cukup tangguh untuk melindungi diri mereka sendiri dan menjadi penasihat, namun masih tetap memerlukan adanya markas pelatihan.”