Bangkok, CNN Indonesia -- Tiga mahasiswa Thailand ditahan polisi karena membagi-bagikan tiket gratis untuk film terbaru dari seri Hunger Games, Mockingjay, di bioskop APEX Cinema, di Bangkok, pada Kamis (20/11).
Sebelum ditahan, ketiga mahasiswa tersebut sempat memperlihatkan aksi
salute dengan mengacungkan tiga jari ke atas, seperti yang diperlihatkan dalam seri film Hunger Games. Aksi
salute tersebut dinilai sebagai tanda pemberontakan terhadap pemerintahan yang totaliter.
"Aksi
salute dengan mengacungkan tiga jari adalah lambang untuk menyatakan protes, dan menyerukan hak dasar kami untuk menjalani hidup," kata Natchacha Kongudom, seorang mahasiswa Universitas Bangkok beberapa saat sebelum digiring polisi keluar dari kompleks bioskop, seperti ditulis
Reuters, Kamis (20/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi "salam tiga jari" ini telah menjadi lambang gerakan pro-demokrasi di Thailand. Pemerintah junta militer telah melarang para demonstran untuk menggunakan aksi tersebut.
Natchacha hanyalah satu dari sejumlah demonstran pro-demokrasi yang tergabung dalam Organisasi Pelajar Thailand untuk Demokrasi, atau TSCD, yang nekat mendistribusikan lebih dari 100 tiket film Mockingjay yang tayang perdana Kamis (20/11).
Namun, TSCD menolak bahwa aksi membagikan tiket bioskop tersebut merupakan aksi protes.
"Mungkin film ini menyampaikan beberapa pesan yang sesuai dengan kondisi di Thailand. Tapi lebih dari itu, kami adalah grup pencinta film," kata Ketua TSCD, Ratthapol Supasopon kepada wartawan sebelum ditahan polisi.
Mahasiswa ketiga yang ditahan polisi bahkan membawa salinan novel George Orwell, 1984, yang juga digunakan sebagai simbol protes kepada pemerintahan militer Thailand.
Sementara, Kolonel Polisi Visoot Chatchaidet membantah aksi penahanan ini.
"Mereka tidak ditahan, hanya diajak berbicara," kata Chatchaidet kepada para wartawan.
Insiden ini membuat APEX Cinema membatalkan jadwal pemutaran film Mockingjay pada hari itu. Namun, pihak APEX Cinema menolak berkomentar terkait alasan pembatalan ini.
Penahanan tiga mahasiswa tersebut terjadi sehari setelah aksi protes ketika Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha berpidato di utara kota Khon Khaen, kota yang menjadi markas perlawanan terhadap pemerintahan junta militer.
Dalam aksi protes tersebut, lima orang ditahan karena memperlihatkan aksi
salute dan mengenakan kaos bertuliskan slogan "Kami tidak mendukung kudeta".
Sementara Chan-ocha terlihat tenang menanggapi aksi tersebut.
"Tidak apa-apa, mereka tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi," kata Chan-ocha di sela-sela pidatonya.
Chan-ocha menduduki bangku pemerintahan Thailand melalui kudeta militer yang dipimpinnya pada 22 Mei lalu.
Semenjak memerintah Thailand, Chan-ocha melarang aksi demonstrasi publik yang menentang pemerintahan junta militer dan larangan masyarakat menggelar diskusi politik.