St. Louis, CNN Indonesia -- Kerusuhan pecah di Ferguson, menyusul keputusan dewan juri yang memutuskan untuk tidak mendakwa polisi Darren Wilson yang menembak seorang remaja kulit hitam, Michael Brown.
Menurut laporan dari dari Reuters, suara tembakan terdengar beberapa kali, menyusul gas air mata yang ditembakkan oleh polisi ke arah demonstran yang melemparkan botol ke arah polisi.
Polisi di Ferguson menggunakan tabung asap dan truk untuk memaksa gelombang demonstran menjauh dari bangunan polisi segera setelah tembakan sporadis terdengar. Api dari mobil yang terbakar naik ke langit malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peluit menusuk udara ketika ratusan pengunjuk rasa berusaha untuk meredam kekerasan dan berteriak "Jangan lari, jangan lari."
Selain di Ferguson, protes merespons keputusan dewan juri juga berlangsung di wilayah lain di Amerika Serikat, seperti New York, Chicago dan Washington.
Dokumen pengadilanPetugas Darren Wilson mengatakan kepada dewan juri bahwa Michael Brown meninju wajahnya ketika ia kembali kepadanya setelah mengidentifikasi Brown sebagai tersangka dalam pencurian toko, menurut dokumen yang dirilis oleh Jaksa Penuntut St Louis Robert McCulloch, seperti dikutip dari CNN.
Dia mengatakan ia mencoba untuk keluar dari kendaraannya, tapi Brown membanting pintu dua kali dan meninjunya.
“Saya merasa jika ia memukul saya lagi maka saya akan jatuh," kata Wilson. “Saya sudah dipukul dua kali dan saya berpikir yang ketiga bisa berakibat fatal,”
Nama-nama saksi yang ada di dokumen itu telah disamarkan.
Reaksi keluargaLesley McSpadden, ibu Michael Brown, berteriak dan menangis ketika keputusan dewan juri diumumkan, dikutip dari USA Today.
“Kami kecewa pembunuh anak kami tidak menerima konsekuensi atas tindakannya. Kami menyadari banyak orang yang merasakan kepedihan yang sama, tapi kami berharap kalian menyalurkannya dalam hal yang positif. Kita harus bekerja bersama untuk memperbaiki sistem yang menyebabkan hal ini terjadi," ujar keluarga Brown dalam sebuah pernyataan.