Seoul, CNN Indonesia -- Media pemerintah Korea Utara mengatakan serangan siber yang melumpuhkan Sony Pictures Entertainment kemungkinan hasil kerja para pendukung negara itu.
Media ini juga menegaskan tuduhan bahwa negara yang terisolasi ini bertanggungjawab atas serangan tersebut hanyalah "rumor liar".
Satu artikel di kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA mengatakan negara itu telah "mendesak dunia" untuk membelanya dari film komedi
Sony Pictures Entertainment yang akan segera dirilis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film berjudul "
The Interview" ini menggambarkan rencana pembunuhan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Korea Utara menggambarkan film itu sebagai satu "aksi perang".
"Peretasan ke
Sony Pictures mungkin hasil kerja pendukung dan simpatisan DPRK yang sudah benar sebagai jawaban atas permintaannya," tulis artikel tersebut yang merujuk pada nama resmi Korea Utara, DPRK.
Artikel ini mengecam Korea Selatan karena "menyebarkan rumor salah bahwa Korea Utara terlibat dalam peretasan tersebut", dan memperingatkan Amerika Serikat bahwa "banyak pendukung dan simpatisan DPRK di seluruh dunia".
Artikel ini mengatakan 'Penjaga Perdamaian', kelompok peretas yang tidak diketahui sebelumnya dan menyatakan bertanggungjawab atas serangan tersebut, adalah salah satu dari kelompok pendukung.
Seorang diplomat Korea Utara membantah Pyongyang berada dibalik serangan yang dilancarkan bulan lalu, tetapi seorang sumber di badan keamanan nasional AS mengatakan negara itu adalah tersangka.
Menurut pakar militer dan keamanan piranti lunak Pyongyang memiliki kemampuan melancarkan perang siber.
Sebagian besar serangan sibernya ditujukan pada Korea Selatan yang secara teknis masih dalam keadaan perang dengan Korea Utara.
Serangan ini membuka data internal perusahaan tersebut, termasuk gaji dan nomor jaminan keamanan para pegawai, serta melumpuhkan sistem komputer di anak perusahaan hiburan dari
Sony Corp.