Moskow, CNN Indonesia -- Seorang anggota parlemen Rusia mengusulkan larangan penyebutan 'teroris Islam' dan 'militan Islam’ di media massa, karena menganggap sebutan itu memberikan kesan yang salah tentang Islam dan membuat penganut Islam berisiko.
Russia Today melaporkan pada Kamis (18/12), inisiatif itu diajukan oleh Shamsail Saraliyev minggu ini dalam rapat legislatif dan sebagaian besar anggota dewan menyetujuinya.
Saraliyev berasal Chechnya dan sebelum menjadi anggota parlemen ia adalah menteri hubungan luar negeri, kebijakan etnis dan informasi di wilayah mayoritas Muslim itu. Kini, ia menjabat komite hubungan luar negeri di parlemen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah wawancara dengan media Rusia, Izvestia, Saraliyev mengatakan bahwa akhir-akhir ini media massa secara bebas dan sering menggunakan ungkapan-ungkapan seperti 'teroris Islam', 'Islamis', 'Jihadis', 'Negara Islam Teroris' dan banyak lainnya.
"Ekspresi ini mendorong orang membuat kesimpulan bahwa agama dan terorisme Islam adalah hal yang sama. Masyarakat umum secara otomatis mulai mengasosiasikan Islam dengan bandit, pembunuh dan teroris," kata Saraliyev.
Pada saat yang sama, mayoritas umat Islam lebih memilih untuk menjauhkan diri dari kelompok-kelompok radikal, lebih memilih untuk menyebut mereka 'Khawarij’—bahasa Arab untuk ‘pembangkang' atau 'pemberontak’, kata anggota parlemen itu.
Salah satu contoh khas adalah soal pendukung Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS/ ISIL), katanya.
"Mereka menyebut diri Negara Islam, tetapi mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam! Bagi mereka Islam hanyalah sebuah jubah yang menutupi perbuatan jahat mereka!" jelas Saraliyev.
Saraliyev menegaskan tesis bahwa Islam tradisional adalah kebaikan dan penciptaan yang mempromosikan hidup berdampingan secara damai antar semua orang. Laporan tentang panggilan agama Islam untuk agresi dan ekstremisme adalah baik kesalahan atau kebohongan tak berdasar, tambahnya.
"Sama seperti kita tidak menyebut fasis 'Kristen', kita harus berhenti menggunakan istilah Muslim ketika kita menjelaskan kelompok militan radikal yang mengaku sebagai pengikut Islam,” lanjutnya.
Pada 2012, Saraliyev merupakan salah satu sponsor dari RUU yang menyerukan larangan media massa menyebutkan etnis penjahat atau tersangka dalam laporan berita.
Meskipun belum disahkan menjadi UU, RUU itu telah mendorong beberapa media untuk mengadopsinya secara sukarela.
Di Rusia, terdapat sekitar 20 juta umat Islam hidup bersama 120 juta populasi Rusia lainnya. Islam dianggap sebagai satu dari empat agama tradisional di Rusia, seperti juga Kristen Ortodoks, Buddha dan Yahudi.