Guwahati, CNN Indonesia -- India mengerahkan helikopter militer untuk memburu militan di negara bagian Assam, Kamis (25/12) setelah mereka menewaskan 75 orang pada Selasa (23/12).
Assam memiliki sejarah pertumpahan darah sektarian dan kelompok bersenjata yang berjuang untuk memisahkan diri dari India.
Pada Selasa, tersangka militan dari faksi Front Demokratik Nasional Bodoland menyerang empat desa sekitar satu jam, menarik orang keluar dari rumah dan menembak mati mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari separuh dari korban adalah perempuan dan anak-anak dari pekerja perkebunan teh dari luar India, pejabat tinggi Assam, Tarun Gogoi, mengatakan setelah mayat ditemukan lagi di daerah-daerah terpencil.
Serangan tampaknya ditujukan sebagai pembalasan atas serangan pasukan keamanan terhadap faksi Bodo sebulan lalu yang menimbulkan kerugian besar bagi mereka.
Kelompok militan kehilangan 40 laki-laki dan sejumlah besar senjata dan amunisi mereka, kata polisi Assam.
Pemberontak menuduh pekerja perkebunanlah yang memberitahu polisi tentang gerakan mereka.
"Ini merupakan aksi terorisme. Kita akan menjadi sangat keras," Menteri Dalam Negeri federal Rajnath Singh, yang terbang ke Assam kepada wartawan.
Perdana Menteri India Narendra Modi yang menjabat sejak Mei lalu menjanjikan pembangunan ekonomi dan sikap keras terkait keamanan nasional.
"Kami telah mengatakan tidak akan ada toleransi untuk terorisme," kata Singh.
Seorang pejabat militer mengatakan helikopter menjelajahi hutan Assam untuk melacak militan yang mencoba melarikan diri ke Bhutan dan negara bagian India disebelah mereka, Arunachal Pradesh, yang terdiri dari hutan pegunungan.
Sekitar 5.000 tentara tambahan telah dikerahkan ke Assam dalam menanggapi serangan minggu ini.
Wilayah timur laut India berbatasan dengan Tiongkok, Myanmar, Bhutan dan Bangladesh, adalah rumah bagi lebih dari 200 kelompok etnis.
Wilayah ini terbelakang dalam pembangunan ekonomi dari kebanyakan wilayah India dan kesenjangan makin melebar dalam beberapa tahun terakhir.
Selama beberapa dekade, suku Bodo telah berjuang untuk mendirikan negara sendiri yang disebut Bodoland. Kelompok ini menuduh New Delhi menjarah sumber daya negara mereka dan membanjiri daerah dengan pihak luar.
Suku Bodo, memiliki budaya yang khas dan berbicara bahasa Tibet-Burman.