Dresden, CNN Indonesia -- Jumlah pengunjuk rasa anti-Islam di kota Dresden, Jerman, turun dari rekor tertinggi dua minggu lalu ketika jumlah pengikut unjuk rasa ini meningkat sebagai dampak serangan ke majalah satire Perancis, Charlie Hebdo.
Aksi unjuk rasa pada Minggu (25/1) ini juga merupakan yang pertama sejak Lutz Bachmann, ketua gerakan ini, mundur setelah dia berpose sebagai Hitler dan laporan dia menyebut para pengungsi “sampah” sehingga jaksa penuntut menyelidikinya karena mengobarkan kebencian.
Polisi Jerman mengatakan sekitar 17.300 pengunjuk rasa ikut dalam protes yang diselenggarakan PEGIDA atau Patriot Eropa Menentang Islamisasi Barat - turun dari angka 25 ribu orang yang menghadiri aksi demonstrasi pada 12 Januari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Jerman dan membawa poster bertuliskan slogan-slogan seperti “Menentang Pemaksaan Islamisasi” sementara Kathrin Oertel, seorang pendiri PEGIGA lainnya, mendapat sambutan riuh ketika menuntut “Islamis dan kaum fanatik harus diusir dan tidak boleh diijinkan kembali masuk”.
Sementara itu, polisi mengatakan hingga 5 ribu orang berpartisipasi dalam protes tandingan di Dresden yang meminta “kosmopolitanisme dan toleransi”.
Mereka membawa poster yang bertuliskan “Pengungsi Disambut baik” dan “Dresden kota berwarna-warni”.
Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan dalam wawancara dengan koran Bild am Sonntag bahwa protes anti-Islam PEGIDA merusak reputasi Jerman di panggung dunia.
“Di Jerman, kerusakan yang disebabkan oleh perasaan xenophobia dan slogan serta poster rasis PEGIDA terlalu dikecilkan,” ujarnya.
Melalui koran Welt am Sonntag sejumlah menteri utama di negara-negara bagian Jerman timur meminta lebih banyak orang asing datang ke Jerman yang kekurangan tenaga kerja dan memiliki tingkat kelahiran terendah di Eropa.
Mereka mengatakan Jerman bagian timur pada khususnya memerlukan lebih banyak imigrasi.
(yns)