Raja Abdullah, Pemimpin Yordania yang Dikenal Pro-Barat

Amanda Puspita Sari/CNN | CNN Indonesia
Rabu, 04 Feb 2015 14:16 WIB
Raja Abdullah telah lama menjalin hubungan baik dengan AS dan sekutunya, meneruskan kebijakan pendahulunya yang sudah menerima bantuan dari AS sejak 1951.
Di bawah kepemimpinan Raja Abdullah, Yordania juga bergabung bersama koalisi serangan udara yang dipimpin oleh militer Amerika Serikat untuk memberangus markas ISIS di Irak dan Suriah. (Getty Images/Matthew Lloyd)
Amman, CNN Indonesia -- Yordania tengah berduka. Selasa (3/2) malam, warga Yordania menerima kabar bahwa pilot militer, Muath al-Kassasbeh, yang dijanjikan akan dibebaskan dengan pertukaran tawanan telah dieksekusi dengan cara dibakar hidup-hidup di dalam sebuah kerangkeng.

Eksekusi pembakaran Kassasbeh dirilis bertepatan dengan kunjungan Raja Abdullah dan Menteri Luar Negeri Yordania ke Washington D.C. pada Selasa (3/2). Setelah menerima kabar duka tersebut, sang raja langsung memutuskan untuk memperpendek kunjungannya ke AS dan segera kembali ke Yordania pada Rabu (4/2).

Dalam sebuah siaran televisi Raja Yordania, Abdullah II, menyatakan eksekusi pembakaran Kassasbeh oleh ISIS merupakan tindakan teroris yang pengecut dan sama sekali jauh dari nilai-nilai Islam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan segala kesedihan dan kemarahan, kami menerima kabar menyakitkan nan tragis, bahwa pilot Kassasbeh telah tewas di tangan kelompok militan ISIS yang pengecut. Kelompok kriminal tersebut tidak menunjukkan nilai Islam yang terpuji," kata Abdullah, dikutip dari CNN, Selasa (3/2).

"Kassasbeh yang pemberani tewas dalam membela agamanya dan negaranya. Sudah semestinya, warga Yordania bersatu dan menunjukkan keberanian kita," kata Abdullah melanjutkan.

Dalam kunjungannya ke AS, Departemen Luar Negeri Yordania menyatakan negara tersebut menerima peningkatan bantuan dari AS untuk membantu memerangi ISIS. Selama lima tahun terakhir, pemerintah AS telah memberikan dana sebesar US$660 juta, atau setara dengan Rp8,3 triliun setiap tahunnya. Kini, pemerintah AS berjanji menikatkan bantuan keuangan menjadi US$1miliar atau setara dengan Rp12,6 triliun per tahun selama tiga tahun ke depan. 

Raja Abdullah dikenal sebagai raja yang berani melawan kelompok militan yang kejam dan memiliki ideologi yang menghina Islam. Namun, di lain hal, Abdullah juga terkenal sebagai pemimpin negara di kawasan Timur Tengah yang terkenal moderat dan pro-Barat. 

Dikenal Pro Barat

Raja Abdullah adalah generasi ke-41 keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Lahir di Amman pada 30 Januari 1962, Abdullah II dinamai dari nama kakek buyutnya, Abdullah I, yang merupakan pendiri Yordania modern.

Abdullah adalah putra sulung dari Raja Hussein Bin Talal dan Putri Muna Al-Hussein, yang memiliki darah Inggris. Abdullah memegang tampuk pemerintahan Yordania sejak 7 Februari 1999, menggantikan ayahnya, Raja Hussein yang meninggal dunia.

Raja Abdullah tak asing dengan dunia militer. Sejak tahun 1993, Abdullah bergabung dalam Pasukan Khusus Komando Yordania. Karier militernya terus meningkat, dan terakhir menjabat sebagai wakil komandan Pasukan Khusus yang membantu mengamankan keadaan internal Yordania pada kerusuhan di Yordania selatan pada 1996.
Abdullah dari kecil dikenal dekat dengan Barat dan mengenyam pendidikan Barat. (Getty Images/ Carlos Alvarez)

Tahun 1998, Abdullah memimpin pasukan khusus yang melancarkan operasi untuk mengepung persembunyian kelompok militan yang menewaskan delapan warga Amman. Operasi militer yang sukses tersebut membuat warga Amman mengelu-elukan namanya ketika operasi tersebut berakhir.

Memimpin Yordania di usia relatif muda, yaitu 37 tahun, sejak kecil, Abdullah memang akrab dengan negara Barat. Sejak berusia empat tahun, Abdullah mengenyam pendidikan di Inggris. Abdullah juga menyelesaikan studi SMA di Amerika Serikat.

Banyak media menyebutkan Abdullah berpandangan pro-Barat. Kecenderungan ini disebut makin terlihat  terutama setelah serangan 9/11 di Amerika Serikat.

Kala itu, Raja Abdullah mendesak Washington untuk menemukan rute perdamaian di kawasan Timur Tengah sebagai bagian dari kampanye anti-teror. Yordania juga memberikan dukungan ambigu terhadap aksi militer AS di Afghanistan yang mendapat kritik dari pemimpin Arab.

Memimpin Yordania yang memiliki lokasi geografis berdekatan dengan negara-negara konflik, seperti Israel, Palestina, Suriah, Irak, dan Arab Saudi, Yordania berperan sebagai negara penengah. Dalam konflik Israel-Palestina, misalnya, Yordania membantu mengamankan kota tua Yerusalem yang diperebutkan antar kedua negara.

Di bawah kepemimpinan Abdullah, Yordania juga bergabung bersama koalisi serangan udara yang dipimpin oleh militer Amerika Serikat untuk memberangus markas ISIS di Irak dan Suriah.

Pada tahun 2004, Abdullah bekerja sama dengan sejumlah ulama Islam terkemuka untuk merilis Pesan dari Amman, yang menghimbau agar masyarakat global memegang teguh prinsip perdamaian, toleransi dan dialog antar agama yang dijunjung dalam Islam.

Mengikuti jejak ayahnya, Abdullah juga memperkuat komitmen perdamaian di negara tetangga, dan mendukung pembentukkan negara Palestina yang layak, independen dan damai, sesuai dengan resolusi PBB dan Inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER