Putri Anwar Ibrahim: Semangat Ayah Tak Pernah Padam

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 11 Feb 2015 15:35 WIB
Nurul Izzah, putri sulung Anwar Ibrahim, mengungkapkan sosok seorang Anwar sebagai politisi, reformis, terpidana dan juga sebagai ayah yang jenaka.
Nurul Izzah menyatakan khawatir terhadap kondisi kesehatan sang ayah, Anwar Ibrahim, di dalam tahanan. (dok. Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan Federal Malaysia memutuskan bahwa pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim bersalah atas kasus sodomi terhadap Mohd Saiful Bukhari Azlan, pada Selasa (10/2). Pengadilan menolak banding yang diajukan Anwar dan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepada pemimpin berusia 67 tahun ini. 

Namun, bagi keluarga dan pendukungnya, penahaan Anwar merupakan sebuah konspirasi politik untuk membungkam karier pemimpin oposisi yang gencar mengkampanyekan reformasi dan anti-korupsi di Malaysia.

Berbicara kepada CNN Indonesia pada Rabu (11/2), Nurul Izzah, putri sulung Anwar, yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR), menyatakan bahwa penahanan ini merupakan serangan terhadap gerakan reformasi yang diluncurkan Anwar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"17 tahun sudah reformasi ini digaungkan, namun penahanan ini mengungkapkan bahwa media, polisi dan kerajaan sengaja menghancurkannya dan mengubur karir politiknya," kata Nurul, yang juga menjadi anggota parlemen untuk wilayah Lembah Pantai.

Ini bukan kali pertama Anwar dijebloskan ke dalam tahanan. Sebelumnya, Anwar divonis sembilan tahun penjara pada 8 Agustus tahun 2000 dalam kasus sodomi dan enam tahun penjara dalam kasus korupsi tahun 1999.

Ketika dihubungi CNN Indonesia, Nurul mengaku sedang dalam perjalanan bersama ibunya, Wan Azizah Wan Ismail, dan adik-adiknya menuju penjara Sungai Buloh, tempat Anwar Ibrahim ditahan.

Nurul mengungkapkan bahwa setelah vonis dibacakan hakim, dan Anwar dibawa ke penjara pada Selasa (11/2) sore, dia dan keluarga tidak lagi bisa menemui Anwar. Petugas penjara menyatakan prosedur penjara tidak membolehkan mereka mengunjungi Anwar.

"Itulah mengapa saya sangat benci terhadap cara mereka menahan ayah. Tidak ada jaminan ayah akan diperlakukan secara profesional. Kami diperlakukan tidak hormat, tidak berperikemanusiaan," kata Nurul.

Nurul menyatakan khawatir terhadap kondisi kesehatan sang ayah. Pasalnya, Anwar tengah menderita sakit tulang punggung yang serius. Terlebih, menurut Nurul, pada tahun-tahun sebelumnya, terpidana kasus sodomi kerap menerima kekerasan fisik di dalam penjara.

"Saya sangat bimbang. Kami tak bisa lihat di mana dia tidur, apakah di dipan, apakah di lantai yang dingin? Kami tidak bisa lihat cara dia diperlakukan," kata Nurul.

Nurul mengungkapkan bahwa pihaknya kini tengah berjuang meminta jaminan kepada Perdana Menteri Najib Razak bahwa Anwar akan diperlakukan secara profesional.

Ayah yang Jenaka

Di mata Nurul, Anwar adalah sosok ayah yang jenaka, penuh semangat dan penyanyang.

"Siapapun yang tahu bagaimana kami mengunjungi ayah ketika dia di dalam tahanan, akan melihat bagaimana kami bercanda di dalam pelukan ayah. Dia suka sekali bermain dengan cucu. Itulah yang kami rindukan saat ini," ujar Nurul.

Ketika ditanya bagaimana proses penyelidikan dan penahanan Anwar mempengaruhi kehidupan keluarganya, Nurul menjawab, "Tentu tidak ada seorang anak yang rela melihat ayahnya diambil (ditahan) seperti itu. Namun kami tetap berjuang, karena kami tahu ayah kami tidak bersalah".

Proses penyelidikan untuk kasus sodomi yang kedua ini memakan waktu hingga tujuh tahun. Meskipun demikian, Nurul menyatakan bahwa dia dan keluarga tidak akan menyerah.

"Ayah itu sosok yang tidak pernah menyerah. Semangat ayah tak pernah padam. Itulah mengapa kami terus berjuang," kata Nurul.

"Meskipun setelah ini mungkin ayah akan kembali dipenjara bertahun-tahun, bagi kami, yang terpenting adalah mengekalkan gerakan reformasi ini, insha Allah," ujar Nurul melanjutkan.

Nurul mengungkapkan dia selalu teringat akan pesan sang ayah, bahwa dia dan keluarga akan terus melanjutkan perjuangan Anwar karena ia tidak bersalah dan semangat reformasi yang mereka junjung.

"Apalagi yang kita tinggalkan setelah mati selain prinsip?," kata Nurul menutup pembicaraan. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER