N'Djamena, CNN Indonesia -- Militer AS akan berbagi peralatan komunikasi dan data intelijen dengan sekutu Afrika untuk membantu upaya menangani kelompok Boko Haram di Nigeria.
Para komandan militer negara-negara Afrika Barat sejak lama mengeluhkan bahwa operasi lintas perbatasan melawan kelompok Islamis, mulai dari Maghrib Islam al Qaidah, AQIM, di Mali hingga Boko Haram di Nigeria terhalang oleh perlaatan komunikasi yang tidak saling bersesuaian. Ini menimbulkan masalah dalam pertukaran informasi dan koordinat posisi musuh dan kawan.
Komandan Operasi Pasukan Khusus AS di Afrika Mayor Jenderal James Linder, mengatakan AS akan mempergunakan teknologi yang memungkinkan mitra-mitra Afrika bisa melakukan komunikasi dengan telepon selular, radio dan komputer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem yang dikenal dengan nama RIOS ini akan memungkinkan tentara di lapangan mengirim foto dari lokasi terpencil ke ruang komando dan bisa dengan tepat memberitahu koordinat lokasi personel militer.
James Linder mengatakan rencana ini merupakan bagian dari latihan kontra-terorisme bernama “Flintlock” yang disponsori oleh AS dan tahun ini akan berlangsung di Chad.
Boko Haram di Nigeria telah menewaskan sekitar 10 ribu orang tahun ini dalam perjuangan mendirikan satu emirat Islam di Nigeria utara.
Pada Selasa (17/2) ketua Boko Haram Abubakar Shekau tampil di satu rekaman video yang dimonitor oleh Kelompok Inteligence AS SITE, dan dia mengancam akan mengacaukan pemilu Nigeria, serta mengecam pemerintah negara-negera regional yang tidak menerapkan hukum Shariah.
Shekau juga mengaku bertanggungjawab atas satu serangan di kota Gombe, Nigeria Utara, pada Sabtu (14/2).
Dan ditengah peningkatan kekhawatiran dari dunia internasional, empat negara di wilayah Danau Chad, Chad, Niger, Kamerun dan Nigeria, ditambah Benin sedang mempersiapkan satu gugus tugas dengan 8.700 tentara untuk melawan kelompok jihadis Sunni ini.
Militer Chad, yang memainkan peran penting dalam operasi Perancis mengusir kelompok-kelompok Islamis dari Mali Utara pada 2013, juga telah melakukan serangan terhadap posisi-posisi Boko Haram di wilayah perbatasan dengan Nigeria.
“Negara-negara Danau Chad berjuang melawan Boko Haram dan kami memiliki kepentingan agar operasi ini berhasil … Boko Haram melakukan pembunuhan massal, melakukan aksi brutal yang tidak bisa diterima,” ujar Linder dalam wawancara pada Senin (16/2).
Dalam latihan
Flintlock, militer AS juga akan memperkenalkan teknologi “berbasis
cloud” agar negara sekutu Afrika bisa dengan cepat berbagi informasi intelijen seperti pemetaan lokasi yang berpotensi menjadi sasaran serangan.
Bantuan AS dalam memperbaiki komunikasi antara militer negara-negara regional ini disambut baik oleh Brigadir Jenderal Zakaria Ngobongue, direktur latihan
Flintlock untuk Chad.
“Kami membutuhkan bantuan di bidang intelijen dan logistik, terutama komunikasi karena peralatan yang kami miliki dibuat oleh negara yang berbeda, dan dukungan di bidang ini akan membuat tugas kami lebih mudah,” ujarnya kepada Reuters.
“Amerika Serikat memiliki kemampuan udara yang tidak kami miliki,” tambahnya.
Latihan militer
Flintlock kesembilan, dengan 1.300 tentara dari 28 negara Afrika dan Barat, kali ini akan menekankan pentingnya tentara memiliki hubungan kuat dengan komunitas untuk mendapat informasi terkait kelompok-kelompok pemberontak.
Linder mengatakan militer Afrika memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi ini, tetapi AS hanya bisa berbagi informasi lain agar operasi terhadap Boko Haram sukses.
Linder menambahkan bahwa tujuan jangka panjang Washington adalah membuat negara-negara Afrika terlatih dengan baik dan memiliki peralatan yang lengkap untuk menghadapi tantangan keamanan negara masing-masing.
“Pada 2050, sepertiga populasi global akan tinggal di benua Afrika,” kata Linder.
“Perekonomian global dan komunitas global memerlukan negara-negara Afrika yang stabil, dan hal itu hanya bisa dicapai jika mereka bisa mewujudkannya sendiri.”
(yns)