Istanbul, CNN Indonesia -- Kaum gay di Suriah dan Irak, terutama di wilayah yang dikuasai ISIS, diteror ketakutan menyusul ancaman eksekusi terhadap mereka. Dalam berbagai foto yang diunggah ISIS, warga yang diduga gay dieksekusi dengan cara dilempar dari atas gedung dan dirajam jika masih hidup.
Dilansir CNN, Kamis (5/3), beberapa foto terbaru dirilis ISIS di kota Raqqa pada Maret 2015. Dari atas gedung telihat para anggota ISIS yang wajahnya ditutupi oleh balaclava hitam, berdiri di samping korbannya.
Foto pertama diambil dari atas gedung yang menampilkan kerumunan orang di bawahnya, kebanyakan pria, namun ada segelintir wanita dan anak-anak, semuanya menatap ke atas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korban lantas dilempar dari atap gedung. Foto lainnya, menampilkan korban tertelungkup di tanah dengan kepala di bawah, dikerumuni oleh beberapa pria, kebanyakan membawa senjata, sebagian membawa batu di tangan. Keterangan foto bertuliskan "dirajam sampai mati."
Menurut direktur lembaga Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdurrahman, dikutip The Independent, korban berusia 25-30 tahun. Diyakini dia masih hidup saat dihempaskan ke tanah, namun kemudian tewas setelah dilempari batu oleh para anggota ISIS.
Pria itu dieksekusi karena dituduh gay atau penyuka sesama jenis. Dia bukan satu-satunya yang tewas dibunuh dengan cara itu. Sebelumnya sedikitnya ada enam kasus serupa yang dipublikasi oleh ISIS.
Hal ini menjadi teror tersendiri bagi kaum gay di Suriah dan Irak. Nour, salah seorang gay Suriah yang kabur ke Turki mengaku takut dengan apa yang mungkin terjadi padanya jika masih ada di negara tersebut. Namun yang paling membuatnya takut, kata dia, adalah melihat ekspresi wajah para warga yang menyaksikan eksekusi tersebut.
"Terlalu banyak yang bisa dilihat dan orang-orang itu hanya berdiri dalam foto ini, dan mereka tidak melakukan apa-apa, dan ekspresi wajah mereka sangat menakutkan karena mereka bahkan tidak ngeri atas apa yang tengah terjadi. Mungkin mereka sedikit senang karena akan menyingkirkan homoseksual di kota itu," kata Nour kepada CNN.
Walau sudah berada di Istanbul, ketakutan pembunuhan masih menghantuinya. Itulah mengapa dia minta identitasnya disamarkan sampai mendapatkan suaka ke Amerika dan melanjutkan kampanya hak-hak kaum LGBT, atau lesbian, gay, biseksual dan transeksual.
Nour, seperti kebanyakan gay di Suriah menderita siksaan fisik dan mental karena keadaannya. Saat remaja, sekitar 10 tahun lalu, dia kerap di-bully di sekolah.
"Saya sering dihampiri di jalan, disiksa secara verbal dan kadang fisik," kata Nour.
Tidak ada melindunginya. Keluarganya menolak orientasi seksualnya dan negaranya mengkriminalisasi keadaannya. Menurut hukum di Suriah, pelaku homoseksual bisa dipenjara hingga tiga tahun.
Nour meninggalkan Suriah pada 2012, sebelum ISIS menguasai sebagian negara itu. Dia bersyukur bisa meninggalkan negara itu sebelum ISIS menjadi teror. Dia mengaku gemetar setiap kali mendengar ancaman ISIS di video-video.
"Setiap kali kami mendengar video atau audio ini, kami tahu persis ini untuk kaum gay. Semakin jelas dan terang, itu bukanlah tempat yang aman lagi," ujar Nour.
(den/den)