Seoul, CNN Indonesia -- Korea Utara memuji penyerangan terhadap Duta Besar Amerika Serikat Mark Lippert di Korea Selatan sebagai bentuk hukuman. Sebelumnya, Korut telah melancarkan protes terkait latihan gabungan militer AS dan Korsel di Semenanjung Korea.
Lippert diserang oleh seorang pria dalam sebuah forum komunikasi di Seoul pada Kamis pagi kemarin. Dia mendapatkan 80 jahitan untuk luka tikam dan sayat di wajah dan pergelangan tangannya. Sebuah foto menunjukkan Lippert keluar ruangan dengan bercak darah dan menutupi luka di pipinya dengan saputangan.
Menanggapi peristiwa ini, pemerintah Korut melalui corong medianya, KCNA, mengatakan bahwa serangan itu adalah "hukuman bagi AS yang cinta perang." Korut menyebut serangan itu sebagai "pisau keadilan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya Korut telah melancarkan protes terkait latihan gabungan AS-Korsel yang melibatkan ratusan ribu tentara. Korut juga menembakkan dua rudal ke lepas pantai timur Korsel diduga sebagai bentuk pamer kekuatan dan provokasi.
Komentar ancaman juga seringkali dilayangkan Korut, namun biasanya tidak pernah terbukti.
Polisi mengidentifikasi pelaku adalah Kim Ki-Jong, 55. Pelaku mengaku melakukan hal itu demi menghentikan latihan perang AS-Korsel sehingga hubungan Korsel-Korut membaik dan tercipta reunifikasi.
Kim dikenal memiliki perangai yang buruk dan tidak terduga. Tahun 2010, dia dihukum penjara dua tahun karena melempar puing beton ke duta besar Jepang untuk Korsel.
Lippert selamat dan dalam kondisi stabil setelah menjalani operasi. Dia masih akan dirawat di rumah sakit selama tiga atau empat hari ke depan. Pemerintah Korsel mengatakan bahwa serangan ini bukan hanya menimpa Lippert, tapi mencederai persekutuan AS dan Korsel.
Dalam akun Twitternya, Lippert mengatakan akan segera kembali melanjutkan pekerjaannya untuk meningkatkan kerja sama dan kemitraan antara Amerika dan Korea Selatan.
(den/den)