Usai Serangan Berdarah, Museum di Tunisia Kembali Dibuka

CNN Indonesia
Selasa, 24 Mar 2015 13:41 WIB
Sepekan setelah serangan berdarah yang menewaskan 23 orang, Museum Nasional Bardo yang berlokasi di Tunis, Tunisia kembali dibuka pada Selasa (24/3).
Hampir sepekan setelah serangan mematikan yang menewaskan puluhan orang, Museum Bardo di Tunisia akan kembali dibuka pada Selasa (24/3) pukul 13.30 siang waktu setempat. (Thinkstock/Alessandro Bolis)
Tunis, CNN Indonesia -- Sepekan setelah serangan berdarah yang menewaskan 23 orang, Museum Nasional Bardo yang berlokasi di Tunis, Tunisia dijadwalkan kembali dibuka pada Selasa (24/3).

Pejabat museum menyatakan pembukaan museum akan ditandai dengan upacara yang berisi "pesan" kepada sekelompok orang bersenjata yang meluncurkan serangan Rabu (19/3) lalu.

"Ini adalah tantangan, tetapi juga pesan... kami ingin menunjukkan bahwa mereka tidak berhasil mencapai tujuan mereka," kata kurator museum, Moncef Ben Moussa, dikutip dari Al-Arabiya, Selasa (24/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Museum Bardo akan kembali dibuka pada Selasa (24/3) pukul 13.30 siang waktu setempat. Upacara pembukaan museum diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Tunisia, dan diiringi simfoni orkestra.

Pemerintah Tunisia khawatir serangan berdarah yang diklaim oleh kelompok militan ISIS akan sektor wisata negara tersebut.

Serangan yang menewaskan 20 wisatawan asing ini dianggap sebagai serangan paling berdarah sejak serangan bom bunuh diri di pulau Djerba pada 2002 silam.

Dalam upaya meningkatkan sistem keamanan, Perdana Menteri Tunisia, Habib Essid pada Senin (23/3) memecat kepala polisi untuk wilayah ibu kota Tunis dan sekitarnya, setelah menemukan "beberapa kekurangan" dalam tubuh aparat keamanan.

"Essid memutuskan untuk memecat sejumlah pejabat, termasuk kepala polisi Tunis dan kepala polisi untuk Museum Bardo", kata Direktur Komunikasi Tunisia, Mofdi Mssedi.

Juru bicara pengadilan, Sofiene Sliti menyatakan bahwa seorang petugas polisi yang bertanggung jawab atas keamanan di Museum Bardo telah ditangkap, meski tak mengungkapkan tuduhan terhadapnya.

Sementara, kondisi keamanan Tunisia diperkirakan masih tidak stabil. Pada Minggu (23/3) malam, terdapat laporan seorang tentara tewas dan dua terluka akibat serangan yang terjadi di dekat perbatasan Aljazair.

Tunisia, negara tempat kelahiran pemberontakan Musim Semi Arab, telah berjuang untuk memadamkan gelombang serangan ekstremis sejak penggulingan Zine El Abidine Ben Ali pada 2011 silam.

Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi, yang bertugas di bawah Ben Ali, menyatakan Tunisia sedang memburu tersangka ketiga dalam pembantaian di Museum Bardo.

"Dua tewas, tapi ada satu yang kini buron," katanya kepada media televisi Perancis, iTele dan radio Europe 1, pada Minggu (22/3).

Para pejabat sebelumnya telah menetapkan bahwa dua pria bersenjata telah berhasil ditembak mati oleh pasukan keamanan sesaat setelah meluncurkan serangan. Polisi menyatakan para pelaku menerima latihan di berbagai kamp militan di negara tetangga, Libya.

Pihak berwenang memprediksi sebanyak 3.000 warga Tunisia telah berangkat ke Irak, Suriah dan Libya untuk bertempur bersama dengan barisan jihad ISIS, menimbulkan kekhawatiran terjadinya kembali serangan militan.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang lemah dan tingkat pengangguran mencapai 30 persen, Tunisia kini sangat bergantung dengan pendapatan dari sektor wisata.

"Negara kita sedang mengalami krisis ekonomi yang serius, dan tujuan para teroris adalah untuk menambah masalah ini, " tulis Essid dalam surat kabar Perancis, Le Figaro pada Senin (22/3).
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER