Jakarta, CNN Indonesia --
Nurul Izzah, putri pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, menyambangi Indonesia untuk memperjuangkan demokrasi di negaranya.
Dia menganggap Indonesia, dalam konteks demokrasi, jauh lebih maju daripada negaranya. Karena itu, dia, melalui Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), berusaha merangkul masyarakat Indonesia untuk memberi dukungan.
"Semua kalau tidak kita tangani kita bisa kehilangan peluang untuk menjadi Malaysia yang adil dan multikultural," kata Nurul Izzah di sekretariat KontraS, Jakarta, Sabtu (4/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyatakan, kedatangannya ini tidak hanya terkait masalah ayahnya yang dipenjara karena dituduh melakukan sodomi. Menurutnya, ayahnya hanya salah satu contoh kasus kriminalisasi terhadap suara oposisi Malaysia.
"Ini bukan isu Anwar. Anwar ini simbol," ujarnya menegaskan.
Dia menjelaskan, para aktivis, kartunis politik, awak media, dan mahasiswa yang menentang pemerintah di Malaysia dibungkam dengan cara ditangkap dan dipenjara.
"Sebanyak 200 orang ditangkap, disiasati, sejak pemilu 2013,” ungkap Nurul.
Nurul menambahkan, rakyat Malaysia telah menuntut reformasi sejak 1968.
"Dalam 17 tahun di mana Indonesia telah jauh ke depan (dalam demokrasi), kami masih menunggu waktu untuk masa depan yang lebih baik," ujar Nurul.
Karena itu, dia mencetuskan gerakan 'MarchToFreedom', sebuah perjuangan untuk mencapai kebebasan berpendapat dan berdemokrasi di Malaysia.
Nurul Izzah, yang merupakan anggota parlemen dari Partai Keadilan Rakyat (PKR), memang terus menggalang dukungan demi pembebasan ayahnya yang kini mendekam di penjara untuk menjalani masa hukuman selama lima tahun setelah permohonan bandingnya ditolak oleh Pengadilan Federal Malaysia.
Nurul juga sempat dipenjara semalam pada pertengahan Maret lalu karena kritiknya yang dianggap “menghina” peradilan negara.
BACA: Ditahan Semalam, Putri Anwar Ibrahim DibebaskanDemi menggalang dukungan bagi pembebasan ayahnya dan orang lain yang ditahan karena bertentangan dengan pemerintah, Nurul bersama timnya juga membuat petisi daring di laman
www.change.org/bebaskanmereka.
(stu)