Pembantai Ratusan Mahasiswa Kenya Bertitel Sarjana Hukum

Sandy Indra Pratama | CNN Indonesia
Minggu, 05 Apr 2015 23:41 WIB
Abdirahim Abdullahi lelaki yang ditegaskan oleh Pemerintah Kenya sebagai satu pembantai ratusan mahasiswa Kenya ternyata seorang sarjana hukum.
Para ibu berduka saat mengetahui anaknya adalah salah satu korban dari pembantaian di Garissa, Kenya. (REUTERS/Thomas Mukoya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Abdirahim Abdullahi lelaki yang ditegaskan oleh Pemerintah Kenya sebagai satu dari segerombolan pembantai yang membunuh secara keji ratusan mahasiswa di kampus Garissa University College di wilayah timur laut Kenya, Kamis lalu, ternyata memiliki latar belakang keilmuan yang tak sembarangan.

Berdasar pengakuan ayahnya, Abdullahi Daqare, yang merupakan kepala pemerintahan di Mandera di Kenya utara, anaknya itu merupakan lulusan dari sebuah sekolah hukum di Universitas Nairobi. Abdirahim, menurut ayahnya lulus dari sekolah hukum pada tahun 2013.

Sebelum diketahui sebagai salah seorang pembantai, kata Abdullahi, sang anak pernah bekerja di sebuah bank. Pekerjaan itu ia tekuni hingga dua bulan sebelum keluarganya hilang kontak pada tahun lalu. (Lihat Fokus: Serangan Mematikan di Kenya)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


“Sewaktu itu saga sempat meminta bantuan pemerintah utuk mencarikan anak saya itu,” kata Abdullahi melalui sambungan telepon kepada CNN, Ahad (5/4).

Berdasarkan informasi yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Kenya, Abdirahim merupakan mahasiswa yang pandai. Setelah lulus, ia bahkan dikenal sebagai pengacara baru yang brilian. (Baca juga: Seorang Pembantai Teridentifikasi Sebagai Anak Pejabat Kenya)

Teridentifikasinya Salah Seorang Pembantai

Pemerintah Kenya berhasil mengidentifikasi Abdirahim Abdullahi sebagai salah seorang pelaku pembantaian di kampus Garissa University College di wilayah timur laut Kenya, Kamis lalu. Berdasarkan keterangan resmi dari Kementerian Dalam Negeri, Abdirahim merupakan anak dari salah seorang pejabat tinggi di Kenya.

Berdasarkan pemberitaan CNN, ayah dari sang pembantai merupakan seorang kepala pemerintahan di wilayah Mandera, Kenya Utara. Ia bernama Abdullahi Daqare. (Baca juga: Pentolan Al-Shabaab Dicari dengan Imbalan Hingga Rp 2,7 Miliar)

Setelah diketahui sebagai salah seorang teroris yang ikut membantai ratusan mahasiswa di Garissa, kepada CNN, sang ayah memberitahukan kalau anaknya memang menghilang dan tak lagi berkabar kepada keluarga sejak tahun lalu. Saat itu menduga sang anak pergi ke Somalia atas kepentingan tertentu.

“Sekarang saya tahu dari orang sekitar yang mengikuti internet kalau anak saya merupakan salah satu dari pelaku teror itu,” kata Daqare.

Kehilangan anaknya, menurut Daqare memang sempat diberitahukan kepada pemerintah Kenya. Namun rupanya kabar buruk mempertemukan kembali ayah dan anak ini. Sang anak kini sudah bergabung dengan kelompok militan Al Shabaab, teroris yang melakukan pembantaian keji terhadap ratusan mahasiswa di kampus Garissa University College. (baca juga: Kisah Korban Serangan Kenya yang Bersembunyi di Dalam Lemari)

Hingga saat ini Kepolisian Kenya telah menahan lima orang tersangka yang diduga berkaitan dengan serangan yang menewaskan setidaknya 147 orang di kampus Garissa University. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Dalam Negeri Kenya, Joseph Nkaissery sehari setelah tragedi pembunuhan itu berlangsung.

Atas insiden ini, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menyatakan perang terhadap al-Shabaab. Selain itu ia juga mengumukan masa berkabung nasional selama tiga hari. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER