Kuala Lumpur, CNN Indonesia -- Kepolisian Malaysia kembali menahan 17 orang yang diduga akan melancarkan serangan teror di Kuala Lumpur pada Minggu (5/4). Menurut Kepala Kepolisian Malaysia, Khalid Abu Bakar, dua di antara yang tertangkap baru saja kembali dari Suriah.
"Selamat kepada divisi kontra-terorisme yang semalam telah menangkap 17 orang yang mencoba merencanakan kekerasan di KL; dua di antaranya baru saja kembali dari Suriah," kicau Khalid melalui akun Twitter resminya, @KBAB51, pada Senin (6/4).
Seperti dilansir Channel NewsAsia, Malaysia belakangan ini memang sedang gencar melawan terorisme, terutama dari para simpatisan ISIS yang diduga mulai bersarang di negaranya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Kamis (19/3) lalu, Kepolisian Federal Malaysia membekuk dua orang warga negara Irak yang diduga akan melakukan serangan di Kedutaan Besar Qatar dan Arab Saudi di negara tersebut. Seperti dilansir The Malay Mail Online, Minggu (29/3), Kepala Dewan Penasihat Syariah (SAC), Datuk Ayub Khan, memastikan bahwa unit Kontra Terorisme Malaysia berhasil menangkap kedua orang tersebut sebelum mereka mengeksekusi aksinya. (Baca:
Malaysia Gagalkan Serangan ISIS di Dua Kedubes)
Setelah menghimpun informasi, diketahui bahwa salah satu tersangka masuk ke Malaysia secara legal pada Februari sementara rekannya sudah menetap di negeri Jiran tersebut hampir satu tahun.
"Investigasi awal terhadap para militan menunjukkan bahwa mereka dikirim ke negara ini oleh militan ISIS untuk melancarkan serangan," tutur Ayub.
Ayub tak menutup kemungkinan militan ISIS lain mempunyai basis di Malaysia. "Ada kemungkinan itu dan kami memastikan bahwa kami akan menangkap mereka semua," ucapnya.
Dugaan ini diperkuat dengan pernyataan pihak berwenang Malaysia pada awal Maret lalu. Saat itu, Divisi Kontra-Terorisme mengidentifikasi dua warga Malaysia dalam sebuah video eksekusi pemenggalan yang dirilis kelompok militan ISIS.
Diberitakan Reuters, Mohd Faris Anuar, 20 tahun, dan Muhamad Wanndy Muhammad Jedi, 25 tahun, diidentifikasi sebagai anggota ISIS dalam eksekusi pemenggalan kepala seorang pria Suriah dalam video yang diunggah ke Facebook pada 22 Februari.
Untuk menghindari lebih banyak warga yang terjerumus dalam ISIS, Pemerintah Malaysia tengah berupaya memperketat undang-undang anti-teror digunakan untuk mengekang kegiatan militan.
Pihak berwenang tengah memantau media sosial, seperti Facebook dan Twitter, yang kerap digunakan para militan untuk merekrut anggota.
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, mengatakan pada November lalu bahwa hukum yang lebih kuat diperlukan untuk mengekang para militan, yang kini diperkirakan memiliki peralatan dan logistik untuk membangun sel ISIS di Malaysia dan kawasan sekitarnya.
Pada Selasa (3/3), polisi mengumumkan bahwa mereka telah menangkap tiga orang di Malaysia karena diduga terkait dengan ISIS, termasuk di antaranya, seorang ibu rumah tangga dan seorang PNS.
Malaysia telah menangkap 40 warganya yang diduga militan dan mengidentifikasi 39 warga Malaysia lainnya yang telah berada di Suriah dan Irak.
(den)