Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah riset yang dilakukan oleh perusahaan perbankan Halifax mengindikasikan bahwa jumlah warga usia muda di Inggris yang menabung untuk membayar uang muka rumah semakin berkurang, seiring dengan semakin banyak warga yang memilih tinggal di rumah sewaan.
Riset yang diunggah di laman
lloydsbankinggroup.com ini menunjukkan bahwa jumlah pemuda yang membayar uang muka rumah turun sebanyak enam persen selama tahun 2014 lalu.
Riset menunjukkan hanya 43 persen pemuda yang tercatat membayar uang muka rumah melalui bank, sementara 57 persen lainnya lebih memilih menyewa rumah. Sebanyak 40 ribu pemuda dengan kisaran usia 20 hingga 45 tahun ini sering disebut dengan Generation Rent, atau Generasi Penyewa Rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Riset) ini memperkuat pandangan bahwa lebih banyak pemuda melepaskan impian mereka untuk memiliki rumah mereka sendiri dan malah lebih memilih menyewanya untuk mendapatkan hidup yang layak dan rumah yang bagus," kata seorang juru bicara Halifax, dikutip dari The Sunday Times, Selasa (7/4).
Besarnya uang muka yang harus dibayarkan menjadi faktor utama para pemuda tidak mampu membeli rumah. Pasalnya, harga properti di Inggris terus meningkat, sementara banyak pemuda yang berpenghasilan rendah.
Dari hasil rata-rata penghasilan pemuda, mereka yang berencana untuk membeli rumah harus menabung sekitar 5,35 tahun untuk membayar uang muka. Sementara, mereka yang memilih menyewa rumah hanya perlu menabung selama 3,6 tahun.
Menurut Halifax, persebaran demografi turut memengaruhi riset ini. Daerah perkotaan, seperti ibu Kota London, menjadi daerah dengan pembeli rumah paling sedikit.
"Pada 2015, menabung untuk membayar uang muka rumah menjadi penghalang terbesar untuk memiliki rumah bagi warga Inggris. Mereka semua memperkirakan besaran rumah dan ketersediaan halaman untuk rumah pertama mereka," kata Craig McKinlay, Direktur Hipotek dari Halifax.
Jumlah pembeli rumah di Inggris tercatat di angka terendah dengan 192.300 pembelian pada 2008. Jumlah pembeli rumah naik kembali menjadi 311.500 pembelian pada tahun lalu.
Naiknya pembelian rumah tahun 2014 didorong oleh membaiknya kondisi ekonomi dan program pemerintah, Help to Buy.
Namun, sebanyak 79 persen dari pemuda berusia 20 sampai 45 tahun percaya bahwa bank tidak ingin meminjamkan uang kepada mereka yang ingin membeli rumah untuk pertama kali. Sebanyak 21 persen di antaranya percaya tak akan mendapatkan hipotek.
"Kepemilikan rumah bukan merupakan pilihan yang tepat untuk semua orang, namun kita semua memiliki hak dan kesempatan untuk memiliki properti," kaya McKinley.
"Kita bisa mendidik masyarakat terkait hipotek yang tersedia bagi mereka, namun harus ada keinginan untuk membangun rumah yang lebih terjangkau. Untuk mengatasi kekurangan bagunan perumahan, perlu ada komitmen jangka panjang untuk membangun lebih banyak rumah baru di lokasi yang tepat," kata McKinley melanjutkan.
(ama/stu)