Studi Terjamin, Ratusan Mahasiswa RI di Yaman Mau Dievakuasi

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 13 Apr 2015 10:24 WIB
Banyak mahasiswa enggan dievakuasi karena takut studinya terhambat. Pemerintah berhasil melakukan persuasi dengan universitas dan menjamin proses studi.
Sejak evakuasi dilaksanakan pada Desember, kini hampir 1.800 dari 4.159 WNI sudah berada di wilayah aman, bahkan sampai di Tanah Air. (Dok. kemenlu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah kecamuk perang Yaman, ribuan mahasiswa yang merupakan warga negara Indonesia enggan dievakuasi lantaran merasa daerahnya aman dan takut studinya terganggu. Untuk itu, tim intensifikasi evakuasi WNI melakukan persuasi dengan pihak universitas agar memberikan kelonggaran sehingga para WNI mau dievakuasi.

Perbincangan ini dilakukan menyusul merebaknya pemberitaan bahwa Universitas Al Ahgaff di Tarim, Hadhramaut, mengimbau mahasiswanya untuk tidak keluar dari Yaman. Jika meninggalkan Yaman, maka proses studi akan terhambat dan terputus dengan konsekuensi mengulang satu tahun.

Pendekatan tim intensifikasi evakuasi WNI yang diperkuat oleh perwakilan Kementerian Luar Negeri, Polri, dan Badan Intelijen Negara ini akhirnya membuahkan hasil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tim mampu melunakkan pimpinan Universitas Al Ahqaf yang pada awalnya karena kepedulian terhadap masa depan pendidikan mereka tidak mengizinkan mahasiswanya untuk dievakuasi, akhirnya mengizinkan mahasiswa Indonesia ikut evakuasi," demikian bunyi siaran pers dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang diterima CNN Indonesia, Minggu (12/4).

Hal ini merupakan angin segar bagi pemerintah. Pasalnya, pada awal pendaftaran evakuasi dilakukan, dari 1.500 WNI, hanya 48 orang di Kota Tareem yang bersedia dievakuasi. Setelah tim intensifikasi yang dipimpin oleh Yusron Ambari ini melakukan persuasi, kini ada 600 WNI bersedia dievakuasi.

"Kami mengedepankan pendekatan persuasif dalam memberikan perlindungan kepada WNI di sini. Kami melakukan pertemuan dengan pelajar dan pimpinan lembaga pendidikan. Mereka menyambut positif upaya kita", ujar AKBP Tofik Ismail sebagai wakil Yusron, seperti tertera dalam keterangan pers.

Dispensasi kampus

Tak hanya izin untuk evakuasi, pihak universitas juga memberikan dispensasi kepada mahasiswa WNI yang dievakuasi. Saat kembali ke Yaman, mereka tidak perlu mengulang dan tinggal melanjutkan pelajaran yang sempat terhenti.

"Jika konflik berlarut-larut, maka para mahasiswa diizinkan untuk menyelesaikan di cabang Universitas Al Ahqaf di Cirebon," tulis Kemlu.

Selain di Tarim, konsentrasi WNI di Provinsi Hadhramaut juga terdapat di Al Mukalla, yaitu sekitar 500 jiwa. Karena merasa wilayahnya aman, awalnya hanya 40 orang yang mendaftarkan dalam proses evakuasi. Setelah tim melakukan pendekatan, kini 300 WNI bersedia dievakuasi.

Di samping itu, 391 WNI dari Kota Tarim dan 87 WNI di Al Mukalla telah dievakuasi menggunakan bus menuju Salalah, Oman, pada Sabtu (11/4). Menurut keterangan Kemlu, ini merupakan evakuasi WNI terbesar yang dilakukan dalam satu hari sejak pemerintah melakukan operasi pada akhir tahun 2014 lalu.

"Kita tidak bisa memaksa WNI di Yaman yang tidak mau ikut evakuasi, tapi negara harus menjalankan tanggung jawab perlindungannya. Karena itu, kita akan terus menyampaikan imbauan dan memberikan pengertian," kata Yusron.

Senada dengan Yusron, Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, juga mengimbau agar para WNI mau dievakuasi karena situasi perang sangat dinamis.

"Saya mengimbau demikian mumpung masih ada opsi evakuasi. Kita tidak tahu kapan semua opsi tertutup dan tidak bisa melakukan apapun," tutur Retno.

Terjebak di Aden

Sementara pendekatan di wilayah timur terus dilakukan, pemerintah juga berupaya untuk melakukan evakuasi WNI yang berada di pusat perang, di daerah barat Yaman. Sebanyak 82 WNI terjebak perang di Kota Aden.

"Pemerintah Indonesia bersama Palang Merah Internasional (ICRC) terus berkoordinasi untuk mengupayakan agar ke-82 WNI ini dapat dipindahkan ke pelabuhan Aden dan dibawa ke Djibouti menggunakan kapal yang disewa pemerintah," tulis Kemlu.

Sebelumnya, sempat ada pertimbangan untuk mengevakuasi WNI di Aden ke wilayah Yaman yang relatif aman, Al Hudaydah. Namun, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhamad Iqbal, menyatakan bahwa opsi tersebut sudah tidak dipertimbangkan.

"Hasil perbincangan kami dan ICRC, memang jalur laut paling efektif," ujar Iqbal kepada CNN Indonesia.

Sebenarnya, pemerintah telah menggodok rencana evakuasi sejak kelompok pemberontak Syiah Houthi mulai mengambil alih pemerintahan Yaman pada September lalu. Perang kian memanas sejak Arab Saudi menginisiasi sebuah koalisi serangan udara menggempur Houthi untuk membela pemerintahan sah Yaman.

Sejak evakuasi dilaksanakan pada Desember, kini hampir 1.800 dari 4.159 WNI sudah berada di wilayah aman, bahkan sampai di Tanah Air. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER