Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 200 anggota keluarga korban tragedi kapal feri MV Sewol pada Rabu (15/4) mengunjungi laut di daerah Jindo yang menjadi lokasi tenggelamnya kapal yang menewaskan 304 penumpang dan awak kapal. Kunjungan ini terkait dengan peringatan satu tahun kapal itu tenggelam pada 16 April 2014.
Dilansir dari Channel NewsAsia, puluhan keluarga korban mengunjungi pemakaman dari korban yang telah berhasil ditemukan, kemudian berangkat dari pelabuhan Paengmok di Jindo pada pagi ini. Sebelumnya, rombongan keluarga berlayar dua jam menuju tengah laut.
Rasa cemas dan duka meliputi puluhan anggota keluarga korban dalam perjalanan menuju lokasi kejadian. Sebagian besar membawa karangan bunga, sementara sejumlah lainnya menuliskan pesan di secarik kertas untuk para korban tewas maupun yang belum ditemukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama perjalanan, sejumlah orang tua korban terlihat berdiri di dek kapal, berlindung di bawah jaket tebal, menantang terpaan angin laut dan air laut yang gelap dan dingin, tempat para korban merenggang nyawa.
"Saya berpikir pasti anak saya kedinginan hari itu. Saya berpakaian tebal hari ini. Namun untuk para siswa, mereka pasti kedinginan dan ketakutan," kata seorang ayah, yang membawa bunga untuk anaknya.
Bagi semua orang dalam kunjungan ini, tahun lalu merupakan tahun yang berat untuk dilewati, khususnya bagi keluarga dari korban yang hingga saat ini masih belum ditemukan.
Chun Da-yun merupakan salah satu di antara sembilan korban yang masih hilang. Hari ini, bibi dan adiknya mengunjungi lokasi kecelakaan, dengan membawa dua karangan bunga, satu untuk dirinya dan yang lainnya untuk sahabatnya.
Orang tua Da-yun menolak untuk berkunjung, karena hal ini "terlalu menyakitkan" bagi mereka.
"Kami percaya dia masih di dalam kapal. Itulah mengapa kapal harus diangkat, sehingga kami dapat membawanya ke rumah," kata bibi Da-yun, dikutip dari Channel NewsAsia, Rabu (15/4).
Chun Ha-young merupakan salah satu dari 250 siswa Danwon High School yang tenggelam dalam kapal feri tersebut. Hari ini, ibu dan adiknya menuju lokasi kapal tenggelam, melindungi diri dari dinginnya angin laut dengan selimut, duduk berdampingan dan berduka bersama anggota keluarga korban lainnya.
"Sangat menyakitkan dan sulit bagi kami berdua, tapi kami ingin datang dan melihat ini," kata ibu Ha-young,Kim Yoo-jeong.
Kapal feri Sewol yang berangkat dari Incheon menuju Jeju diduga tenggelam karena kelebihan beban, yang menyebabkan kapal rusak dan tidak stabil, pada 16 April 2014.
Lebih dari dua pertiga dari total 476 penumpang kapal feri Sewol merupakan siswa sekolah yang baru saja kembali dari Pulau Jeju yang terkenal sebagai destinasi wisata.
Hingga kini hanya 172 orang yang berhasil diselamatkan dari total 476 penumpang kapal ketika insiden nahas itu terjadi. Sementara, 304 orang lainnya dipastikan meninggal atau dimasukkan ke dalam daftar korban yang hilang.
Sebagian besar siswa meninggal karena terperangkap di kapal, mengikuti perintah awak untuk tetap berada di kabin mereka ketika kapal terbalik dan tenggelam pada 16 April 2014.
Pada awal April lalu, Pemerintah Korea Selatan menawarkan pembayaran uang duka sebesar 420 juta Won, atau sekitar Rp4,9 miliar kepada masing-masing keluarga dari 250 siswa yang tewas dan hilang.
Sementara, keluarga dari 11 guru yang meninggal dalam bencana itu masing-masing akan menerima sekitar 760 juta won atau sekitar Rp8,9 miliar.
Kepala teknisi kapal telah didakwa bersalah dengan tuduhan pembunuhan dan diganjar hukuman dipenjara selama 30 tahun. Sementara, 14 awak kapal yang masih hidup dihukum antara lima hingga 36 tahun penjara.
(ama/stu)