Orangtua Korban Bom Boston Minta Pelaku Tak Dihukum Mati

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Sabtu, 18 Apr 2015 03:04 WIB
Bill dan Denise Richard kehilangan putra mereka yang berusia delapan tahun karena tragedi Bom Boston. Tapi justru minta pengebom tak dihukum mati.
Sidang Bom Boston (REUTERS/Jane Flavell Collins)
Jakarta, CNN Indonesia -- Orangtua dari korban termuda pemboman di Boston mengambil langkah yang mengharukan. Mereka meminta agar si pelaku, Dzhokhar Tsarnaev, tidak dihukum mati lewat sebuah argumen di The Boston Globe.

Bill dan Denise Richard menuliskan curahan hati mereka sepeninggal putranya yang berusia delapan tahun, Martin, karena peristiwa ini. Perbuatan Tsarnaev juga membuat putrinya, Jane terluka parah.

"Keluarga kami telah berduka, mengubur anak kami yang masih muda, melawan rasa sakit dan mengalami banyak operasi. Semua yang kami lakukan untuk membangun kehidupan kami tak akan pernah sama. Untuk mengakiri penderitaan, batalkan hukuman mati," kata Richard.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kami duduk di ruang sidang, hari demi hari, menjadi saksi dari bukti-bukti berlebihan termasuk video, foto, replika bom, bahkan pakaian yang dipakai anak kami di hari-hari terakhir hidupnya."

Keluarga Richard mengaku memahami kebrutalan dan kekejaman yang dilakukan pelaku.

"Kami ada di sana. Kami melihatnya. Terdakwa membunuh anak kami yang berusia delapan tahun dan membuat putri kami yang berusia tujuh tahun jadi cacat, ia juga mencuri bagian dari jiwa kami."

Mereka meminta hukuman mati dihapuskan. Namun mereka tetap meminta kasus ini mendapatkan keadilan. "Kami minta agar terdakwa menghabiskan sisa hidupnya di penjara tanpa adanya kemungkinan dibebaskan, dan juga menghilangkan semua haknya untuk mengajukan banding," tulisnya.

Mereka menambahkan bahwa sebenarnya mereka tahu alasan pemerintah untuk memberi hukuman mati. Namun kelanjutan dari hukuman itu dianggap akan membuat terdakwa mengajukan banding terus menerus.

"Ini akan memperpanjang kami dan anak-anak untuk mengenang hari paling menyakitkan dalam hidup mereka. Kami berharap, dua anak kami yang tersisa tidak harus tumbuh berlama-lama dan mengingat kembali apa yang telah diambil dari mereka," ujar Richard.

"Kami percaya bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuka lembaran baru, mengakiri penderitaan dan melihat masa depan yang lebih baik. Bagi kita, Boston dan negara," ucapnya.

Namun ketika menuliskan opini ini, keluarga Richard tak menyebutkan secara gamblang siapa orang yang mereka maksud. Mereka menekankan bahwa mereka hanya bicara untuk diri sendiri saat menentang hukuman mati.

Pekan lalu, Dzhokhar Tsarnaev, pelaku pemboman di Boston marathon 2013 divonis bersalah terhadap 30 tuduhan yang dialamatkan kepadanya. (chs/chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER