Jakarta, CNN Indonesia -- Peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika di Jakarta dihadiri oleh delegasi dari puluhan negara. Untuk memberikan layanan terbaik, pihak Jakarta Convention Center, menyediakan 7.000 porsi makanan per hari bagi para pejabat tinggi, menteri dan kepala negara Asia dan Afrika.
Kepala koki JCC, Budi Santoso mengungkapkan setiap hari pihaknya harus menyediakan sekitar 7.000 porsi, termasuk untuk sarapan, makan siang dan coffee break. Makanan yang disajikan diolah dalam 7 outlet dapur yang berbeda.
"Ada khusus untuk dapur masakan panas dan dingin, untuk
bakery dan
pastry, untuk memasak daging dan lain sebagainya," kata Budi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena disajikan untuk para delegasi asing, Budi menambahkan bahwa masakan Indonesia yang disajikan disesuaikan dengan lidah warga asing, yang tidak biasa dengan masakan yang pedas dan berbumbu terlalu gurih.
"Yang penting tidak terlalu pedas, sehingga cabai dan bumbu yang kuat dikurangi," kata Budi yang telah menjadi koki JCC selama 13 tahun.
Terkait makanan, Budi juga mengungkapkan terdapat permintaan dari sejumlah negara, termasuk India, untuk menyediakan porsi makanan vegetarian.
"Ada beberapa permintaan dari beberapa negara, seperti India yang meminta porsi vegetarian bagi yang tidak memakan beef atau seafood," ujarnya.
Selain itu, pihak JCC juga selalu menyediakan porsi makanan untuk alergan, seperti makanan tanpa susu dan telur.
Manajer Hubungan Masyarakat Jakarta Convention Center (JCC), Mirtha Sari Nugroho menuturkan bahwa seluruh makanan yang disajikan dalam perhelatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika telah dipilih langsung oleh pihak Istana Kepresidenan.
Mirtha memaparkan pihak JCC menyambut kedatangan delegasi asing negara peserta KAA sejak Sabtu (18/4) dengan menyajikan makan malam pembuka (welcoming dinner). Sebagian besar makanan yang disajikan merupakan masakan Indonesia. Namun, dalam daftar makanan, terdapat pula makanan asing, seperti mini pizza dan danish pastry.
"Makanan kami sajikan 80 persen masakan Indonesia dan 20 persen masakan asing, sesuai dengan permintaan dari pihak Istana," kata Mirtha memaparkan.
Namun, Mirtha menyatakan mulai Rabu (22/4) dan Kamis (23/4) yang rencananya dihadiri oleh sejumlah kepala negara, makan siang yang disajikan 100 persen masakan Indonesia.
50 koki, 200 pramusajiUntuk keperluan KAA, JCC juga mengatakan mereka melibatkan sebanyak 50 koki dan 200 pramusaji.
Dalam daftar makanan yang diterima CNN Indonesia, terlihat pada Rabu (22/4), makanan yang disajikan berupa sup buntut, nasi hijau nusantara, dengan makanan sampingan seperti lumpia ayam goreng dan klappertart Manado.
Sedangkan pada Kamis (23/4), makanan Indonesia disajikan sejak sarapan, yaitu semar mendem dan risol ayam. Untuk makan siang, ada tahu telor Surabaya, sup asem-asem iga, dan nasi kapau Padang yang siap memanjakan lidah para kepala negara.
Mirtha memaparkan, dalam setiap waktu makan, terdapat air minum asing yang disajikan, yaitu Equill. Hal tersebut dikarenakan promosi dari perusahaan minuman tersebut.
"Hanya Equill saja kok, yang lain semuanya dari JCC," kata Mirtha.
 JCC mengatakan pihaknya melakukan persiapa hanya selama satu bulan untuk KAA. (CNN Indonesia/Amanda Puspita Sari) |
Persiapan satu bulanMirtha mengungkapkan untuk pihak JCC mempersiapkan penyelenggaraan KAA hanya dalam waktu satu bulan.
"Jadi persiapan semuanya serba cepat sekali, harus sesuai jadwal," kata Mirtha.
Mirtha menyatakan bahwa JCC telah memiliki pengalaman acara internasional sebelumnya, seperti peringatan 50 tahun KAA pada 2005, ASEAN Summit pada 2011.
Meskipun demikian, Mirtha tidak mau terbuka soal biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan makanan tersebut. "Itu sangat confidential," katanya.
Rangkaian acara peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika ini dihelat pada 19-24 April. Pertemuan tingkat pejabat tinggi sendiri diselenggarakan di Jakarta pada 19-23 April. Pada 24 April seluruh perwakilan negara akan bertolak ke Bandung untuk melakukan prosesi napak tilas KAA.
Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan pada 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung. Pertemuan ini diadakan dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, dan negara imperialis lainnya.
(stu/stu)