London, CNN Indonesia -- Pemilihan umum di Inggris kemungkinan gagal dimenankan dengan suara mayoritas yang memicu ketidakpastian masa depan negara ini di Uni Eropa, kebijakan ekonomi dan kedudukan Skotlandia di Inggris Raya.
Empat hari sebelum pemilu paling ketat dalam beberapa dekade yang akan diadakan pada Kamis (7/5), perdebatan didominasi oleh kemungkinan satu partai memenangkan suara mayoritas untuk membentuk parlemen dan aliansi dengan partai-partai kecil.
Jajak pendapat memperlihatkan Partai Konservatif pimpinan David Cameron dan Partai Buru yang beroposisi pimpinan Ed Miliband, bersaing ketat dan tidak satupun dari partai itu akan memenangkan kendali di parlemen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tidak ada yang akan menang. Memang David Cameron dan Ed Miliband terus menyatakan mereka akan menang. Itu tidak benar, dan mereka sadar itu,” ujar Nick Clegg, ketua Parai Liberal Demokrat, yang pada 2010 menjadi mitra junior dalam koalisi dengan Konservatif.
Jika Cameron terpilih kembali, dia berjanji akan melaksanakan referendum paa 2017 terkait keanggotaan Inggris Raya dalam Uni Eropa, sementara kebangkitan kelompok nasionalis Skotlandia yang tahun lalu kalah dalam referendum kemerdekaan, semakin menambah ketidakpastian akan posisi Skotlandia di Inggris Raya.
Hasil yang tidak pasti dalam pemilu mendatang ini memperlihatkan bahwa kelompok nasionalis Skotlandia mengancam kursi di daerah pemilihan yang sebelumnya merupakan daerah kekuasaan Partai Buruh. Sementara kebangkitan Partai Kemerdekaan Inggris Raya, UKIP, yang anti uni Eropa mengancam perpecahan pada suara untuk pertai Konservatif.
Kemungkinan, Partai Buruh dan Konservatif masing-masing akan memenangkan kursi kurang dari 300, dibawah kursi mayoritas di parlemen beranggotakan 650 orang. Partai Nasional Skotlandia, SNP, bisa mendapatkan 50 kursi, Liberal Demokrat antara 20 dan 30 kursi sementara UKIP kurang dari 10 kursi.
Kedua partai terbesar ini menolak secara terbuka mengakui kemungkinan parlemen tanpa mayoritas untuk kali kedua, keadaan yang bisa disimpulkan sebagai bukti bahwa kedigdayaan mereka di panggung politik Inggris yang telah berjalan selama beberapa dekade kini menjadi lemah.
Sistem Pemilihan ‘Bankrut’Akan tetapi, ketua UKIP Nigel Farage mengatakan pada Minggu (3/5) bahwa sistem pemilihan saat ini sudah ‘bankrut’, dimana pemenang kursi di satu daerah pemilihan ditentukan oleh jumlah suara terbanyak yang menguntungkan dua partai besar itu karena tidak memberi kursi bagi kandidat yang mendapat suara kedua dan ketiga terbesar.
 PM David Cameron kemungkinan harus berkoalisi kembali dengan Liberal Demokrat jika kedua partai itu mendapat suara cukup besar. (Reuters/Carl Court) |
Pandangannya didukung oleh partai-partai kecil lain dan permintaan akan reformasi sistem pemilihan akan semakin besar setelah pemilu.
Akan tetapi, kedua partai besar itu tidak berniat mengubah sistem tersebut.
Siapapun yang akan tampil sebagai partai dengan jumlah kursi terbesar di parlemen baru nani, perundingan untuk membentuk pemerintah diperkirakan akan berjalan lebih lama dari lima hari perundingan yagn menghasilkan pemerintah koalisi 2010.
Tampaknya akan lebih banyak partai yang terlibat dan mereka semua akan menghadapi perhitungan koalisi yang lebih tidak jelas.
Partai Buruh tampaknya akan berbagi kekuasaan dengan dukungan dari SNP, yang pada akhirnya menginginkan kemerdekaan bagi Skotlandia, meski kedua partai ini telah menolak membentuk koalisi resmi. Partai Buruh juga menegaskan tidak menginginkan kesepakan informal dengan SNP, tetapi banyak pengamat mengatakan partai ini bisa mempertimbangkannya kembali setelah pemilu.
Partai Konservatif kemungkinan besar akan kembali meminta dukungan dari Partai Liberal Demokrat pimpinan Clegg untuk membentuk kembali pemerintah yang saat ini berkuasa.
 Partai Buruh dibawah pimpinan Ed Miliband kemungkinan memiliki kesempatan untuk membentuk pemerintah baru jika berkoalisi dengan partai lain. (Reuters/Phil Noble) |
Tetapi koalisi ini hanya akan bisa terwujud jika Clegg dan Cameron berhasil mendapatkan kursi lebih dari perkiraan dan kedua partai ini memiliki jumlah kursi yang cukup untuk membentuk suara mayoritas.
Clegg juga terbuka dengan kemungkinan membuat kesepakatan dengan Partai Buruh.
Selain menantang kekolotan politik Inggris, sejumlah besar skenario yang rumit yang bisa terwujdu setelah 7 Mei juga diperhatikan dengan seksama oleh pasar finansial karena Partai Buruh dan Partai Konservatif menawarkan renana berbeda dalam mengendalikan sektor keuangan ekonomi kelima terbesar di dunia ini.
Meski baru ada sedikit pertanda bahwa saham, obligasi dan pasar aset yang lebih luas di Inggris terpengaruh oleh kemungkinan parlemen tanpa suara mayoritas, pasar mata uang mulai memperlihatkan dampaknya.
(yns)