Warga Swedia Bertemu WNI Pendaki Everest Sebelum Gempa Nepal

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 04 Mei 2015 11:02 WIB
Seorang warga Swedia mengaku bertemu dengan tiga WNI pendaki Gunung Everest di salah satu hotel, sehari sebelum gempa Nepal mengguncang.
Tim yang diperkuat oleh perwakilan Kemlu, Personel TNI AU, dan THC ini menelusuri tiap pelosok daerah dengan membawa foto ketiga WNI, berharap ada warga lokal mengenali wajah mereka. (Dok. Kementerian Luar Negeri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah lebih dari satu pekan gempa berkekuatan 7,9 skala Richter mengguncang Nepal, pada Minggu (3/5) tim evakuasi fokus mencari tiga WNI pendaki Gunung Everest yang hilang, yaitu Jeroen Hehuwat, Kadek Andana, dan Alma Parahita. Everest Guest House, Langtang, menjadi salah satu titik fokus pencarian karena menurut pengakuan seorang warga Swedia, Astrid Bach, ia bertemu dengan ketiga WNI di hotel tersebut sehari sebelum gempa terjadi.

Bach tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Kyanjin Gompa ketika bertegur sapa dengan ketiga WNI tersebut. Dalam perbincangan tersebut, Jeroen bercerita bahwa ia dan kedua temannya dari Taruna Hiking Club tersebut akan kembali bermalam di hotel itu karena kondisi cuaca yang tidak kondusif untuk melanjutkan perjalanan.

"Itu adalah terakhir kalinya saya bertemu dengan mereka," ujar Bach merujuk pada pertemuannya dengan Jeroen, Alma, dan Kadek pada 24 April, seperti ditirukan Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbekal keterangan dari Bach, komandan tim pencarian, Kolonel (Pnb) Indan Gilang, memutuskan untuk melakukan penyisiran di beberapa koordinat, termasuk hotel tersebut. Di beberapa titik, tim evakuasi sempat turun dan berinteraksi dengan warga lokal.

Tim yang diperkuat oleh perwakilan Kemlu, Personel TNI AU, dan THC ini menelusuri tiap pelosok daerah dengan membawa foto ketiga WNI, berharap ada warga lokal mengenali wajah mereka. Namun, hasil pencarian hingga kini masih nihil.

Indan lantas memutuskan untuk menerbangkan helikopter ke koordinat Everest Guset House. Saat melakukan pengamatan dari udara, kondisi hotel tersebut rusak parah. Helikopter pun tidak dapat mendarat.

"Kita tahu kondisi di lokasi Everest GH sangat sulit dan medan menuju ke lokasi sangat berat saat ini, tapi tim tidak akan menyerah. Kita akan terus melakukan upaya-upaya yang memungkinkan," kata Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh merangkap Nepal, Iwan Wiranataatmadja, melaporkan hasil pencarian kepada Iqbal.

Sementara rencana pencarian ketiga pendaki terus dilakukan, penelusuran keberadaan tiga WNI lainnya juga masih dilaksanakan. Merujuk pada data Kemlu, ada 31 WNI yang menetap di Nepal. Sebanyak 30 di antaranya sudah bisa dihubungi dan dalam keadaan baik, sedangkan satu orang lagi belum terdengar kabarnya.

Saat gempa terjadi pada Sabtu (25/4), ada 66 WNI yang berkunjung ke Nepal. Hingga saat ini, 23 orang sudah dapat dihubungi, 38 orang sudah keluar dari Nepal, sementara lima lainnya masih dalam proses pencarian, termasuk Jeroen, Kadek, dan Alma.

Tak hanya Indonesia, bencana alam ini juga menelan korban dari negara-negara lain. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal, Laxmi Prasad Dhakal, mengungkapkan bahwa korban tewas saat ini mencapai 6.621, sementara korban luka mencapai 14.023 orang.

Korban tewas dari negara tetangga, India dan Tiongkok, mencapai 100 orang. Sementara itu, seribu warga negara anggota Uni Eropa masih dinyatakan hilang.

Sejumlah tim penyelamat yang berasal dari lebih 20 negara menggunakan anjing pelacak dan peralatan pendeteksi suhu panas manusia dikerahkan di sekitar timbunan puing untuk mencari korban yang masih selamat dalam reruntuhan.

Melihat kondisi kerusakan yang amat parah, Dhakal pesimis tim penyelamat masih dapat menemukan korban selamat di antara reruntuhan gedung. "Sudah satu minggu sejak bencana. Kami mencoba melakukan yang terbaik dalam upaya penyelamatan dan bantuan, tapi sekarang tipis kemungkinan ada korban selamat di bawah reruntuhan," ucap Dhakal seperti dikutip Channel NewsAsia, Sabtu (2/5).

Diperkirakan, total korban jiwa dalam bencana ini dapat melebihi korban gempa tahun 1934 yang menewaskan 8.500 jiwa di Nepal. Bencana ini disebut-sebut bencana terparah yang memukul negara berpenduduk 28 juta jiwa ini. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER