Pelaku Pengeboman Boston Menangis Nonton The Lion King

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2015 07:16 WIB
Pelaku pengeboman di Boston Marathon ini tidak sanggup menahan air matanya saat mendengarkan kesaksian karib kerabatnya di pengadilan.
Pelaku pengeboman di Boston Marathon ini tidak sanggup menahan air matanya saat mendengarkan kesaksian karib kerabatnya di pengadilan. (Reuters/Jane Flavell)
Boston, CNN Indonesia -- Pelaku pengeboman di Boston Marathon tidak sanggup menahan air matanya saat mendengarkan kesaksian karib kerabatnya pada pengadilan Senin (4/5). Dalam pengadilan itu, para anggota keluarga Dzhokhar Tsarnaev mengatakan bahwa remaja itu lemah lembut dan mudah menangis, sehingga tidak mungkin tega melakukan pengeboman tersebut.

Seperti diberitakan CNN, sepupu Dzokhar, Raisat Suleimanov yang didatangkan dari Rusia untuk bersaksi bahkan mengatakan bahwa saat masa kecilnya, Dzokhar adalah anak yang sangat mudah tersentuh. Contohnya, dia menangis saat menonton adegan tewasnya ayah Simba, Mufasa, dalam film animasi Walt Disney "The Lion King."

"Dia sangat sedih melihat singa itu mati," kata Raisat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga didatangkan untuk meringankan hukuman Tsarnaev agar tidak dihukum mati. Pengacara pembela berkeras bahwa pemuda 21 tahun itu dipengaruhi oleh kakaknya, Tamerlan, untuk meledakkan bom di ajang Boston Marathon, menewaskan tiga orang dan melukai 280 lainnya pada April 2013.

Tamerlan tewas dalam pengejaran polisi. Seorang aparat juga tewas tertembak.

Juri pengadilan menyatakan Dzhokhar bersalah atas semua 30 dakwaan yang dikenakan padanya, sebanyak 17 di antaranya bisa menyeretnya ke meja eksekusi mati.

Sebanyak lima orang kerabat Tsarnaev didatangkan ke pengadilan di Boston itu. Bibi Tsarnaev, Patimat Suleimanov, menangis sesenggukan saat dia duduk di hadapan keponakannya itu. Karena hebatnya menangis, dia tidak sanggup menjawab pertanyaan hakim sehingga diminta untuk turun.

Tsarnaev yang sebelumnya selalu terlihat tegar dalam pengadilan kali ini mulai goyah. Dia terlihat menyeka air matanya saat melihat bibinya menangis.

Kebanyakan keluarganya mengaku terakhir bertemu Dzhokhar saat dia berusia delapan tahun. Namun semuanya satu suara mengatakan mengenal Dzhokhar sebagai anak yang penyayang. "Dia sangat baik, tidak akan sanggup membunuh lalat," kata bibi Dzhokhar yang lain, Shakhruzat Suleimanova.

Menurut keluarganya, Dzhokhar menjadi radikal berkat didikan dari ibu dan kakaknya, terutama saat mereka pindah ke Amerika Serikat pada 2002.

Pengadilan hari itu juga menghadirkan Rosa Booth, mantan teman sekelas Dzhokhar. Rosa duduk di samping Dzhokhar di kelas matematika. Wanita ini mengaku naksir pada Dzhokhar namun dia menolak ketika diajak ke pesta dansa karena menurutnya pria kelahiran Kyrgyzstan itu terlalu pemalu.

Ditanya soal perasaannya ketika mengetahui kawannya itu terlibat pengeboman Boston, dia mengatakan bahwa itu adalah sebuah "pengkhianatan." (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER