Etnis Rohingya Diusir dari Kapal yang Ditemukan Myanmar

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 27 Mei 2015 18:09 WIB
Ratusan imigran etnis Rohingya diduga diusir dari sebuah perahu sekitar sepekan sebelum ditemukan oleh Angkatan Laut Myanmar pada pekan lalu.
Malaysia dan Indonesia sepakat menawarkan tempat penampungan sementara kepada imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas yang diperkirakan berjumlah sekitar 7.000 orang. (Reuters/Olivia Harris)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan imigran etnis Rohingya diduga diusir dari sebuah perahu perdagangan manusia, sekitar sepekan sebelum perahu itu ditemukan oleh Angkatan Laut Myanmar pada pekan lalu. Sehingga, hanya terdapat 200 imigran asal Bangladesh dalam perahu itu ketika didorong Myanmar menuju daratan.

Dilaporkan Reuters, sesaat setelah perahu itu ditemukan, Myanmar menyatakan perahu itu berisi sekitar 200 imigran asal Bangladesh yang nekat menaiki perahu reyot demi mencari penghidupan yang lebih baik di negara tetannga.

Namun, wawancara yang dilakukan Reuters menunjukkan bahwa sebelumnya terdapat sekitar 150 hingga 200 etnis Rohingya dalam perahu tersebut. Sebagian besar dari mereka diusir dari perahu itu oleh para penyelundup, sekitar sepekan sebelum perahu itu ditemukan oleh Angkatan Laut Myanmar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Baca juga: Angkatan Laut Myanmar Temukan 200 Imigran Bangladesh)

"Semua orang Rohingya turun dari kapal. Sementara orang Bangladesh tetap tinggal (di kapal)," kata Arafa, seorang wanita Rohingya berusia 27 tahun yang berada di dalam kapal dengan lima anak-anaknya. Mereka berenam kemudian kembali ke desa mereka, Thek Kay Pyin, setelah perahu itu disita pemerintah Myanmar, Kamis (21/5).

Arafa, yang seperti banyak etnis Rohingya lain, hanya memiliki satu kosakata nama, mengaku tidak menghitung beberapa banyak pengungsi Rohingya dalam perahu itu. Namun, para warga Rohingya di enam desa lainnya menyatakan bahwa mereka termasuk dalam kelompok Rohingya yang diusir dari perahu itu.

Hingga berita ini ditulis, belum jelas mengapa para penyelundup mengusir para pengungsi etnis Rohingya tersebut. (Baca juga: Delapan Warga Rohingya Termasuk dalam 200 Imigran di Myanmar)

Direktur Eksekutif organisasi pemerhati HAM, Fortify Rights yang berbasis di Asia Tenggara, Matthew Smith, sempat menyatakan di hadapan Kongres AS bahwa pasukan keamanan Myanmar terlibat dan ikut menikmati keuntungan dari bisnis perdangan manusia di negara itu. Tuduhan ini dibantah mentah-mentah oleh Myanmar.

Pekan lalu, Reuters melaporkan setidaknya delapan warga Muslim Rohingya termasuk dalam ratusan imigran yang diselamatkan oleh Angkatan Laut Myanmar pada Kamis (21/5). Temuan ini bertolak belakang dengan laporan pemerintah Myanmar sebelumnya bahwa seluruh imigran tersebut berasal dari Bangladesh.

Juru bicara kantor kepresidenan Filipina, Zaw Htay, menyatakan pada Selasa (26/5) bahwa dia tidak menyadari bahwa sebelumnya terdapat ratusan imigran Rohingya di perahu tersebut.

"Kami tidak mendapatkan informasi soal imigran yang meninggalkan perahu itu, " kata Htay kepada Reuters.

Sesaat setelah operasi penyelamatan, pemerintah Myanmar mengundang para pejabat PBB untuk menjenguk imigran Bangladesh. Acara disiarkan dan diliput secara mendalam di stasiun televisi milik negara.

Sekitar 1.1 juta warga Rohingya di Myanmar tidak mempunyai kewarganegaraan dan hidup dalam kondisi terdiskriminasi. Hampir 140 ribu orang mengungsi dalam bentrokan mematikan dengan umat Buddha di negara bagian barat Rakhine pada 2012.

Sementara di Indonesia, sejak pekan lalu tercatat setidaknya 1.700 imigran Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di beberapa kabupaten di Aceh.

Usai pertemuan tiga negara yang dilangsungkan di Malaysia pada Rabu (20/5), Malaysia dan Indonesia sepakat menawarkan tempat penampungan sementara kepada imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas yang diperkirakan berjumlah sekitar 7.000 orang. Meskipun demikan, kedua negara juga menegaskan tidak akan menampung lebih banyak lagi imigran. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER