Jakarta, CNN Indonesia -- Usaamah Rahim, pria yang ditembak mati oleh polisi Boston, Amerika Serikat, setelah mengacungkan pisau ke arah aparat pada Selasa (2/6), sebenarnya menargetkan aktivis anti-Islam, Pamela Geller. Hal itu disebutkan oleh sumber keamanan kepada
CNN.
Rahim, 26, tadinya bekerja sebagai petugas keamanan yang diyakini teradikalisasi oleh ISIS. Namun alih-alih menyerang Geller, ia mengubah sasarannya. "Saya tak bisa menunggu selama itu," kata Rahim, sesuai dengan dokumen pengadilan Boston. Dari sana, ia lalu menargetkan polisi, yang ia sebut “pria berseragam biru”.
Geller sendiri menarik perhatian dari media AS dan internasional setelah penyerangan oleh dua pria di luar pameran dan kontes kartun Nabi Muhammad yang ia selenggarakan di Garland, Texas. Ia adalah presiden American Freedom Defense Initiative (AFDI), yang salah satu programnya adalah menyetop Islamisasi di Amerika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Mereka menargetkan saya karena menghujat hukum Syariah. Mereka bermaksud membunuh semua orang yang tidak mematuhi hukum mereka, secara sukarela,” kata Geller kepada CNN. “Ini adalah pertarungan untuk kebebasan Amerika. Akankah kita melawan kebiadaban ini atau tunduk kepada mereka dan membungkam diri kita sendiri?"
Geller mengatakan bahwa dia dilindungi "pasukan keamanan" sejak insiden Texas bulan lalu.
"Inilah yang harus terjadi hanya untuk memamerkan kartun di Amerika, 2015," katanya. "Ini mencolok. Ini menghancurkan, dan orang-orang perlu memahami apa yang dipertaruhkan. Maksud saya, jika kita menyerah pada titik ini, apa yang akan kita serahkan selanjutnya?"
Diawasi 24 jamDalam laporan pengadilan, Rahim yang telah lama dimata-matai FBI sempat berbicara pada seorang kawannya bernama David Wright akan membunuh polisi.
Komunikasi Rahim dan Wright terekam oleh FBI yang menyadap percakapan telepon mereka.
Mengenakan T-shirt hitam, Wright dihadirkan di pengadilan atas dakwaan konspirasi menghalangi penyelidikan polisi, terancam hukuman lima tahun penjara.
Rahim sendiri telah sejak tahun lalu diawasi 24 jam oleh Gugus Tugas Terorisme Gabungan FBI. Rahim awalnya berencana keluar negeri bersama kawannya yang lain untuk melakukan serangan, namun pada Selasa dia mengaku berubah pikiran dan akan menyerang polisi di Massachusetts.
(stu)