Jakarta, CNN Indonesia -- Berbagai foto serangan teror yang terjadi di sejumlah negara digunakan sebagai bagian dari kampanye iklan
online. Iklan tersebut berisi ajakan kepada para wisatawan untuk tidak mengalah kepada terorisme dengan berhenti mengunjungi tempat yang pernah menjadi lokasi penyerangan.
Dilansir dari Al-Arabiya, kampanye yang muncul di media sosial ini menampilkan foto ikonik serangan 9/11, yaitu menara kembar gedung World Trade Centre, New York, yang tengah terbakar dan diliputi asap yang membumbung tinggi akibat serangan pembajakan pesawat oleh kelompok militan pada 2001 silam.
(
Baca juga: Sektor Wisata Tunisia Kehilangan Rp6,6 Triliun Pasca Serangan)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto tersebut bertuliskan, "Apakah kalian akan berhenti mengunjungi New York?," mengacu pada serangan yang menewaskan 2.996 orang tersebut.
Tak hanya foto 9/11, kampanye tersebut juga menampilkan foto pengeboman bunuh diri berantai di London, Inggris, pada 7 Juli 2005 yang menewaskan 56 orang. Tak luput, serangan di kantor majalah satire Charlie Hebdo di Paris pada Januari lalu juga ditampilkan dalam kampanye tersebut.
Kampanye ini dicetuskan oleh Selim Ben Hadj Yahia dalam akun Facebook miliknya dengan judul foto, "Dukung Tunisia, Tanah yang Damai."
Yahia meluncurkan kampany tersebut ditengah keterkejutan dan kesedihan akibat serangan teror yang diduga dilakukan oleh Seifuddine Rezgui, 23, seorang mahasiwa teknik elektro yang disnyalir sempat bekerja di sektor pariwisata.
Serangan yang terjadi pada Jumat (26/6) di Hotel Riu Imperial Marhaba yang terletak di tepi pantai di dekat Pelabuhan El Kantaoui, Sousse, Tunisia itu mengakibatkan 38 wisatawan asing tewas, 30 di antaranya warga Inggris.
Pelaku penembakan, Rezgui, melepaskan tembakan membabi buta dari senapan Kalashnikov yang disembunyikannya di dalam sebuah payung. Puluhan wisatawan yang tengah berjemur di tepi pantai tewas bersimbah darah.
Tak ayal, serangan tersebut diperkirakan memukul sektor wisata Tunisia. Banyak wisatawan melarikan diri dari Tunisia setelah kejadian tersebut.
 Tak luput, serangan di kantor majalah satire Charlie Hebdo di Paris pada Januari lalu juga ditampilkan dalam kampanye tersebut. (Dok. Selim Ben Hadj Yahia via Facebook) |
Akhir Juni lalu, Menteri Pariwisata Tunisia, Salma Loumi, memaparkan bahwa sektor pariwisata Tunisia diperkirakan kehilangan setidaknya US$515 juta atau sekitar Rp6,6 triliun, pasca serangan itu. Jumlah tersebut merupakan seperempat dari pendapatan total pariwisata tahunan Tunisia.
Pemerintah Tunisia berencana untuk menghentikan pajak pengunjung dan mempertimbangkan penghapusan utang bagi operator hotel sebagai cara untuk membantu mempertahankan sektor industri wisata.
 Fata serangkaian serangan bom bunuh diri di London pada 7 Juli 2005 lalu ditampilkan dalam kampanye Dukung Tunisia, Tanah yang Damai. (Dok. Selim Ben Hadj Yahia via Facebook) |
Kampanye ini menuai reaksi yang beragam dari para pengguna media sosial. Sebagian mengkritik bahwa serangan di Tunisia berbeda dengan serangan di sejumlah negara lainnya, karena dengan jelas menargetkan wisatawan yang tengah berlibur di tepi pantai.
(ama/ama)