Terduga Algojo ISIS Melarikan Diri ke Turki

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 13 Jul 2015 10:02 WIB
Abdel-Majed Abdel Bary, mantan rapper Inggris yang sempat diduga sebagai algojo ISIS kini melarikan diri dari Suriah dan dalam pelarian di Turki.
Abdel-Majed Abdel Bary, mantan rapper Inggris yang sempat diduga sebagai algojo ISIS kini melarikan diri dari Suriah dan dalam pelarian di Turki. (Dok. Youtube)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota militan ISIS asal Inggris yang terkenal dan pernah diduga sebagai algojo ISIS dengan sebutan Jihad John, Abdel-Majed Abdel Bary, dikabarkan melarikan diri dari kelompok militan tersebut dan kabur ke Turki. Alasannya, Bary kecewa dengan kehidupan di Suriah.

Dilaporkan The Independent, Bary, 24, terkenal sebagai anggota ISIS yang kerap berpose dengan sejumlah kepala korbannya yang telah terpenggal, dan gencar menyatakan perang terhadap Barat. Namun, setelah kecewa dengan ISIS, Bary diperkirakan menyamar sebagai pengungsi dan melarikan diri wilayah yang dikuasai ISIS, Tal Abyad, dekat perbatasan Turki-Suriah bulan lalu.

Kini, Bary tak hanya diburu oleh layanan keamanan Inggris, namun juga oleh kelompok militan ISIS yang menganggapnya sebagai pengkhianat. ISIS kerap diberitakan mengeksekusi pengkhianat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum memutuskan menjadi jihadis, Bary memiliki kehidupan mewah sebagai penyanyi rap. Dibesarkan di sebuah perumahan elit berharga jutaan pound sterling di kawasan di Maida Vale, London barat, Bary dibesarkan tak jauh dari rumah Jihadi John yang sebenarnya, Mohammed Emwazi.

Tahun lalu, sebelum identitas Jihadi John terkuak, Bary sempat santer diduga sebagai algojo ISIS yang kerap tampil dalam video eksekusi pemenggalan kepala korban ISIS.

Bary merupakan penyanyi rap dengan karier yang menjanjikan dan memiliki karya yang sering dimainkan di radio BBC. Namun, dia meninggalkan kehidupannya demi bergabung dengan ISIS di Suriah sejak 2013.

Dikabarkan, serangan udara dari koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat yang bertubi-tubi ke markas ISIS di Irak dan Suriah membuat realitas kehidupan di wilayah ISIS suram. Tak tahan hidup di zona perang diperkirakan membuat puluhan jihadis asal Inggris melarikan diri ke Turki, termasuk Bary.

"Dia tidak berkicau di media sosial. Saya melacaknya di Twitter dan Facebook. Jika sulit mendapatkan internet, kemungkinan karena dia tengah dalam pelarian," kata Raffaello Pantucci, direktur studi keamanan internasional di sebuah lembaga think-tank yang terlibat dalam penelitian pertahanan dan keamanan, Royal United Services Institute (RIS).

"Kami tahu ada orang yang tidak tahan hidup di dalam ISIS, dan mencoba meninggalkan kelompok tersebut. Dia bisa jadi salah satunya. Saya tidak tahu apakah ini fenomena baru. Sangat menarik sekali jika anggota militan yang terkenal dan menonjol seperti Bary memutuskan meninggalkan ISIS," kata Pantucci melanjutkan.

Pantucci menambahkan sangat sulit bagi anggota militan ISIS yang terkenal untuk dapat meninggalkan ISIS dan kembali ke Inggris. Utamanya setelah pengawasan di perbatasan Inggris kini diperketat.

September lalu, Direktur Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi dan Politik Kekerasan (ICSR), Peter Neumann, menyatakan dia yakin sebanyak 20 persen dari militan ISIS asal Inggris mencoba mencari jalan keluar dari cengkraman ISIS. Neumann mengaku pernah ada satu orang jihadis ISIS yang mengaku ada 30 jihadis lainnya yang mencoba kabur.

"Para jihadis yang kami temui dan menyatakan ingin kabur dari ISIS merasa sulit dan takut, karena pemerintah Inggris hanya ingin memenjarakan mereka selama paling tidak 30 tahun," kata Neumann.

"Padahal, para jihadis yang telah sadar ini dapat menjadi bukti nyata bahwa kehidupan di dalam ISIS jauh berbeda dengan propaganda yang mereka luncurkan," ujar Neumann.

Kasus Bary merupakan yang terbaru dalam serangkaian kasus jihadis yang ingin melarikan diri dari ISIS. Sebelumnya, ada Imran Khawaja, yang dipenjara pemerintah Inggris selama 12 tahun pada Februari lalu sekembalinya dari bertempur bersama ISIS di Suriah selama enam bulan.

Khawaja, 27, memalsukan kematiannya sendiri dan melarikan diri dari Suriah setelah mengeluh kehidupan di sana sangat tidak nyaman, karena tidak dapat mandi, tidak ada mentega, cokelat dan kondom.

Oktober lalu, keluarga Muhammad Mehdi Hassan, jihadis yang tewas dalam pertempuran bersama ISIS, menyalahkan pemerintah Inggris yang dinilai menyulitkan para jihadis yang telah sadar dan ingin kembali pulang ke kampung halaman.

Keluarga Hassan menyatakan sebelum Hassan meninggal, dia sempat menyatakan putus asa untuk melarikan diri Suriah, dan takut tidak dapat diterima lagi di kota kelahirannya, Portsmouth. Hassan, dan sejumlah jihadis lainnya, menyatakan ingin kembali ke rumah, namun takut atas ancaman hukuman penjara. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER