Jakarta, CNN Indonesia -- Joaquin Archivaldo Guzman Loera atau dikenal juga dengan nama
El Chapo, Si Pendek, adalah pria berusia pertengahan 50 tahun dengan tinggi 167 cm. Guzman memimpin Kartel Sinaloa, yang merupakan sumber terbesar impor narkoba ke AS setiap tahun.
Narkoba yang diperdagangkan kartel ini adalah kokain, ganja, methampetamine dan heroin. Narkoba ini dikirim ke AS dalam jumlah besar melalui jaringan transportasi darat dan udara yang sanat pelik.
“Shorty” Guzman tampaknya memang ditakdirkan bergelut di dunia perdagangan narkoba. Pamannya adalah salah satu penyelundup narkoba Meksiko pertama, dan sejak muda pun Joaquin terlibat dalam bisnis keluarga itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia dengan cepat menduduki posisi penting di kartel ini karena pertikaian di dalam organisasi ini memakan korban dari kubu pesaingnya, baik di dalam organisasi maupun di luar kelompok itu.
Pada 2006, Guzman menyulut perang Narkoba Meksiko setelah memerintahkan satu aksi pembunuhan yang merupakan pelanggaran satu traktat antar kartel narkoba meksiko.
Konflik antar kartel ini menewaskan lebihd ari 60 ribu orang dan 12 ribu penculikan.
Dalam perjalanan karirnya di dunia narkoba ini, Guzman menjadi miliuner dan salah satu orang paling berkuasa di dunia.
Guzman yang licin ini pernah dipenjara dari 1993 hingga 2001, tetapi berhasil melarikan diri setelah menyogok 78 orang dengan dana sebesar US$2 juta
Pria asal Kolombia ini bisa disebut sebagai contoh paling nyata terkait dengan istilah “gembong narkoba”.
Ketika memimpin Kartel Medellin di Kolombia pada 1970-an dan 1980-an, taktik kejam Escobar berhasil memastikan aliran kokain ke Amerika Serikat.
Berbagai sumber mengatakan bahwa 80% kokain yang tiba di AS berasal dari perusahaan Escobar, dan pada puncaknya mencapai 15 ton per hari.
Escobar menjadi salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan diperkirakan hampir US10 miliar dengan menghancurkan pesaingnya dan membudayakan korupsi dalam pemerintah Kolombia. Pejabat yang menolak disuap seringkali kehilangan nyawa.
Dia membunuh calon-calon pejabat, hakim, polisi dan wartawan.
Escobar bahkan meletakkan bom di satu pesawat untuk membunuh seorang calon presiden. Sang capres itu tidak jadi naik pesawat tersebut, namun 110 penumpang lain yang tidak bersalah tewas akibat ledakan bom.
Selama karirnya sebagai gembong narkoba Escobar bertanggung jawab atas kematian lebih dari empat ribu orang.
Aksi teror dalam negeri Escobar ini akhirnya membuat masyarakat membencinya, meski dia berusaha mendapat dukungan luas melalui kegiatan amal.
Pablo Escobar tewas di tangan tentara pemerintah ketika dia mencoba melarikan diri dari atap rumah. Tidak semua gembong narkoba berjenis kelamin laki-laki. Salah satu “Ratu Narkoba” yang kejam adalah Griselda Blanco, terkenal dengan nama panggilan “La Madrina” Atau “The Godmother".
Blanco adalah salah satu tokoh kunci di Kartel Medelin, dan dianggap sebagai guru Pablo Escobar yang pada akhirnya malah menjadi musuh.
Blanco pertama kali terkenal di dunia perdagangan narkoba dengan membuat beha, atau penutup dada, dan korset khusus agar bisa menyembunyikan kokain selundupan.
Dia pindah dari Kolombia ke New York pada awal 1970-an, dan mendirikan satu kegiatan mengedarkan narkoba besar-besaran.
Pada 1975 dia didakwa oleh pemerintah AS ketika pemerintah berhasil membongkar pengiriman narkoba dalam jumlah besar. Blanco pun pulang ke Kolombia, namun pindah ke Miami tidak lama kemudian.
Pada 1980-an Blanco mengubah Miami menjadi putih dan merah. Putih karena kokain dan merah karena darah pesaingnya di dunia narkoba.
Salah satu metode pembunuhan yang disukainya adalah penembak melepas tembakan ke arah sasaran dari atas motor.
Miami mengalami satu gelombang kejahatan yang dilakukan oleh Blanco, seperti penyerangan dengan senjata semi otomatis di satu pusat perbelanjaan.
Blanco melakukan antara 40-250 pembunuhan, termasuk pembunuhan orang-orang terdekatnya. Dia menembak salah satu suaminya dari jarak dekat karena pertikaian dalam perdagangan narkoba.
Pada akhirnya aparat penegak hukum menangkap dan memenjarakannya, namun Blanco tetap aktif dari dalam penjara. Dia sempat merencanakan penculikan John F. Kennedy Jr, namun terungkap karena pengkhianatan orang di dalam kelompoknya sendiri.
Blanco bangga dengan status “godmother” yang disandang dengan memberi nama putera bungsunya Michael Corleone, seperti nama bungsu tokoh fiksi bukut The Godfather.
Namun, seperti tokoh fiksi buku itu hidup Blanco berakhir dengan ironis. Dia ditembak mati di depan toko daging oleh pembunuh yang mengendarai sepeda motor. Metode yang seringkali dia gunakan ketika membunuh musuh-musuhnya. Seperti anggota mafia pada umumnya, nama panggilan yang mudah diingat akan sangat membantu jika seseorang ingin menjadi gembong narkoba.
Osiel Cardenas Guillen memiliki nama panggilan paling menyeramkan: “El Mata Amigos,” atau Si Pembunuh Teman.
Cardenas mendapatkan nama itu setelah membunuh temannya sendiri yang bernama Salvador Gomez yang ditunjuk untuk mengambil alih kepemimpinan Kartel Teluk pada 1996.
Dengan kematian Gomez itu, Kartel Teluk memiliki pemimpin baru.
Buku Panduan Keamanan Perbatasan AS menggambarkan Kartel Teluk sebagai “sangat kejam” dan memperluas wilayah jangkauannya ketika berada di bawah kepemimpinan Cardenas.
Cardenas berhasil menyusup ke Pasukan Khusus Meksiko yang sebelumnya terkenal tidak bisa disuap. Dia juga membentuk satu pasukan tentara bayaran untuk melindungi kepentingan dan melaksanakan perintahnya.
Pasukan tentara bayaran ini kemudian dikenal sebagai Los Zetas, yang merupakan satu kelompok yang kejam yang lebih suka membunuh seorang pejabat daripada menyuapnya.
Dengan organisasi kejam yang tunduk dengan perintahnya, kartel Cardenas menjadi salah satu organisasi perdagangan narkoba paling berkuasa di dunia.
Cardenas sendiri tampaknya tidak akan bisa diatasi hingga dia mengancam dua agen Badan Anti Narkoba, DEA, AS yang melindungi seorang informan.
Pemerintah AS pun merasa terganggu, dan pada 2003 Cardenas ditangkap dan diekstradisi. Saat ini dia dipenjara di Texas.
Los Zetas pun memisahkan diri dari Kartel Teluk, dan peran mereka dalam perang narkoba di Meksiko semakin tinggi sejak Cardenas ditangkap. Meski sebagian besar gembong narkoba berasal dari Amerika Tengah, Amerika Serikat juga memiliki gembong narkoba. Mereka adalah “Freeway” Ricky Ross yang berada di balik wabah crack pada pertengahan 1980-an, Nicky Barnes dan juga Jemeker Thompson si “Ratu Narkoba.
Tetapi yang paling terkenal adalah Frank Lucas yang pada awal 1970-an menyebarkan heroin “Blue Magic” di Harlem New York.
Lucas yang berasal dari Carolina Utara menjalin hubungan dengan “Bumpy” Johnson, seorang penjahat lokal, ketika pindah ke New York.
Setelah Johnson meninggal, Lucas melihat kesempatan untuk bergerak ke bisnis narkoba yang pada saat itu didominasi oleh mafia Italia.
Dengan kontak militer di luar negeri, dia mendirikan satu jaringan distribusi narkoba langsung dari Asia Tenggara.
Opium ditanam dan diproses menjadi heroin di Asia Tenggara, diterbangkan ke Amerika Serikat dengan mempergunakan pesawat militer. Lucas sendiri mengaku bahwa heroin dari Asia Tenggara itu terkadang dimasukkan ke dalam peti mati tentara yang dibawa pulang dari Vietnam.
Kemurnian heroin itu, ditambah dengan taktik kejam Lucas terhadap pesaing dan juga polisi New York yang korup pada awal 1970-an, membuat Lucas meraup keuntungan jutaan dolar per bulan.
Korupsi di kalangan polisi pada akhirnya berakhir dengan satu penyelidikan yang menyeret Lucas. Dia dipenjara, namun hukumannya diperingan setelah dia menjadi informan pemerintah.