New York City, CNN Indonesia -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mencoba mencari kesepahaman dan menggabungkan hasil pendekatan yang telah dicanangkan oleh Rusia dan Malaysia dalam dokumen rancangan resolusi terkait peristiwa kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina timur.
"Tidak ada hasil konkret atau kesepakatan yang dicapai," ujar perwakilan tetap Rusia di PBB, Vitaly Churkin pada Senin (20/7), dikutip dari ITAR TASS.
"Menurut hemat saya, penting bahwa kami menutup pertemuan dengan sebuah kepastian untuk mencoba menemukan kesepahaman bersama dan melihat bagaimana kami bisa menggabungkan pencapaian yang ditawarkan oleh pihak Malaysia dan pihak kami sehingga Dewan Keamanan bisa mengambil langkah selanjutnya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan tersebut dituturkan oleh Churkin setelah Dewan Keamanan melakukan pertemuan tertutup yang diselenggarakan atas permintaan Rusia.
Churkin menilai peran Sekretaris Jenderal PBB dalam penyelidikan kasus kecelakaan MH17 harus diperbanyak. Ia juga mengimbau kepada seluruh pihak yang turut prihatin atas peristiwa ini untuk mengambil bagian dalam proses penyelidikan.
"Kami mengimbau untuk memperkuat peran Sekretaris Jenderal, seperti yang ditetapkan dalam resolusi 2166," ujar Churkin.
"Ada sejumlah proposal yang terlibat aktif dalam penyelidikan yang diawasi oleh semua pihak ini. Memang, tak dipungkiri bahwa kita memiliki beberapa pertanyaan terkait penyelidikan tersebut," lanjutnya.
Menurut Churkin, beberapa partisipan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB berkeras menyatakan bahwa proses penyelidikan yang dilakukan telah sempurna. Ia pun mendorong Dewan Keamanan untuk berani mengambil langkah tegas dalam kasus ini.
Pada Senin kemarin, Rusia telah menyerahkan dokumen rancangan resolusi mengenai kasus kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17.
Churkin mengaku bahwa Rusia menentang gagasan mengenai perlunya pengadilan yang ditujukan terhadap orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas peristiwa ini, seperti yang disarankan dalam dokumen rancangan resolusi oleh pihak Malaysia.
Malaysia mengklaim bahwa peristiwa kecelakaan tersebut merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional. Sementara itu, Rusia justru mengklaim kecelakaan yang terjadi di Ukraina murni sebuah kejahatan dan tidak menimbulkan ancaman, seperti yang diduga Malaysia.
"Ini bertentangan dengan Piagam PBB. Kami percaya, Dewan Keamanan PBB tidak perlu menyelesaikan situasi seperti itu,"
Seperti diketahui, pesawat Malaysia Airlines MH17 tipe Boeing 777-200 dengan rute Amsterdam-Kuala Lumpur mengalami kecelakaan pada 17 Juli 2014 di daerah Donetsk, wilayah Ukraina timur.
Daerah yang berjarak sekitar 60 kilometer dari perbatasan Rusia dan Ukraina ini kerap menjadi lokasi pertempuran antara pasukan pemberontak Donetsk dan tentara militer Ukraina.
Seluruh penumpang dan kru pesawat dilaporkan tewas dengan total keseluruhan adalah 298 jiwa yang berasal dari 10 negara. Mayoritas penumpang pesawat, berjumlah 196 orang, adalah warga Belanda.
Menurut hasil pengamatan sejumlah pakar, kecelakaan diduga terjadi akibat tembakan roket yang diluncurkan ke udara dari darat. Rusia ikut terseret dalam kasus ini karena roket yang digunakan menembak MH17 diduga adalah pemberian Kremlin pada kelompok pemberontak.
Pemerintah Ukraina dan perwakilan republik -- yang diklaim sepihak -- Donetsk dan Luhansk saling menuduh satu sama lain atas peristiwa tersebut.
Dewan Keamanan PBB pada Selasa (21/7) menuntut adanya penyelidikan independen dan komprehensif, menyusul ketidakpuasan pemerintah Rusia atas proses penyelidikan yang telah dilakukan.
(den)